Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Xi Jinping, Langkah Pangeran yang Terbuang Menuju Puncak Kekuasaan China

KOMPAS.com - Xi Jinping adalah pemimpin tertinggi di Partai Komunis China dan Presiden Republik Rakyat China.

Sebagai anak dari seorang elite Partai Komunis China (PKC), masa depan Xi Jinping kecil yang semula terlihat “mudah” tiba-tiba berubah setelah ayahnya dilengserkan.

Namun masa-masa sulit di “pengasingan” justru menempanya. Dia berhasil kembali ke jajaran kekuasaan China secara bertahap dan terus naik. Pada 2013, Xi terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis, Ketua Komisi Militer dan Presiden Republik Rakyat China.

Meskipun ia mendapat kritik atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan peraturan ekonomi yang mengganggu, Xi juga melanjutkan kebangkitan negara itu sebagai negara adidaya global.

Nama dan filosofinya ditambahkan ke konstitusi partai pada 2017. Tahun berikutnya dia berhasil mendorong penghapusan batasan masa jabatan presiden.

Pangeran terbuang

Xi Jinping lahir pada 15 Juni 1953, di Beijing, China, dari pasangan Xi Zhongxun dan Qi Xin. Dia memiliki dua kakak perempuan, Qiaoqiao dan An'an.

Ayahnya berkedudukan baik di Partai Komunis China, dan merupakan kawan dari pendiri Komunis China, Mao Tse-tung.

Tak heran jika sejak awal Xi sudah dianggap sebagai “pangeran”, yang ditakdirkan untuk naik dalam pemerintahan karena status keluarganya.

Tapi, takdir Xi berubah ketika ayahnya dilengserkan dari kekuasaan pada 1962. Masa-masa sulit hidupnya pun dimulai.

Pada 1966, Mao meluncurkan Revolusi Kebudayaan. Gerakan sosial politik itu bertujuan melestarikan ideologi Komunis "sejati", dan membersihkan sisa-sisa masyarakat kapitalis.

Semua pendidikan formal pada waktu itu dihentikan. Xi yang belajar di sekolah menengah, dikirim untuk bekerja di desa pertanian terpencil selama tujuh tahun. Selama masa itu, dia melakukan pekerjaan kasar sebagai buruh dan hidup dari bubur beras.

Presiden China itu disebut sering berbicara tentang bagaimana dikirim ke pedesaan untuk tinggal di gua saat remaja membuatnya tangguh.

Di sana Xi tumbuh baik secara fisik maupun mental. Dianggap lemah ketika dia pertama kali tiba, dia tumbuh kuat dan mengembangkan hubungan baik dengan penduduk desa. Meskipun Revolusi Kebudayaan gagal, Xi muncul dengan rasa idealisme dan pragmatisme.

Bangkit di Partai Komunis

Mao meninggal pada 1976, dan Keluarga Xi bersatu kembali tetapi Xi Jinping kembali lebih setia kepada Partai Komunis China daripada sebelumnya.

Langkah Xi untuk bergabung ke partai beberapa kali dijegal, karena pendirian ayahnya. Dia akhirnya diterima kembali pada 1974, dan bekerja keras untuk naik ke puncak

Pertama dia dipercaya menjadi sekretaris partai lokal di provinsi Hebei. Peran yang lebih senior di tempat lain termasuk ketua partai di Shanghai, kota kedua dan pusat keuangan China.

Profilnya yang meningkat di partai mendorongnya ke badan pembuat keputusan tertinggi, Komite Tetap Politbiro, dan pada 2012 ia terpilih sebagai presiden.

Lulusan teknik kimia Universitas Tsinghua ini, menikah dengan penyanyi glamor Peng Liyuan. Keduanya banyak ditampilkan di media pemerintah sebagai “China's First Couple”. Ini kontras dari pasangan presiden sebelumnya, di mana ibu negara secara tradisional tidak menonjolkan diri.

Mereka memiliki satu putri, Xi Mingze, tetapi tidak banyak yang diketahui tentang dia selain fakta bahwa dia belajar di Universitas Harvard dengan nama samaran.

Prestasi dan Kontroversi

Memenuhi salah satu janji awalnya, Xi segera memulai kampanye untuk menangani korupsi pemerintah.

Xi menangkap beberapa tokoh paling kuat di negara itu, termasuk mantan kepala keamanan Zhou Yongkang, dan pada akhir 2014. PKC sendiri telah mendisiplinkan lebih dari 100.000 pejabat.

Xi juga mulai merangsang ekonomi China yang melambat. Pada 2014, China memperkenalkan inisiatif " "One Belt, One Road" untuk memperkuat rute perdagangan dan meluncurkan Bank Investasi Infrastruktur Asia yang ambisius.

Di dalam negeri, pihaknya memperluas kekuatan bank swasta dan mengizinkan investor internasional memperdagangkan saham secara langsung di pasar saham Shanghai.

Xi juga telah mengubah beberapa undang-undang yang diberlakukan oleh pendahulunya, dan secara resmi mengakhiri kebijakan satu anak China pada 2015.

Dia diklaim telah menghapus sistem "pendidikan ulang melalui kerja paksa", kerap dijatuhkan pada individu yang melakukan kejahatan kecil.

Meski di provinsi Xinjiang, kelompok-kelompok HAM meyakini bahwa Beijing menahan lebih dari satu juta Muslim Uighur selama beberapa tahun terakhir, di tempat yang didefinisikan negara sebagai kamp "pendidikan ulang".

Ada juga bukti orang Uighur digunakan sebagai kerja paksa dan perempuan disterilisasi secara paksa.

Pemimpin China ini telah menarik perhatian untuk metodenya, yang membuat beberapa orang menggambarkan Xi sebagai "pemimpin paling otoriter sejak Ketua Mao".

Kritikus mencatat bahwa tindakan kerasnya terhadap korupsi pemerintah terutama menargetkan lawan politik. PKC juga dikecam oleh kelompok HAM karena memenjarakan jurnalis, pengacara, dan warga negara lainnya.

Di bawah jangkauan Xi, sistem sensor berusaha menghilangkan pengaruh Barat dalam kurikulum sekolah dan membatasi akses internet publik.

Xi juga mengawasi peraturan ekonomi yang bergema di luar perbatasan negaranya. Pemerintah turun tangan untuk menopang pasar perumahan yang lesu pada 2014, dan tiba-tiba mendevaluasi yuan pada musim panas 2015.

Meskipun menjanjikan selama perjalanan ke AS bahwa China tidak akan pernah memanipulasi mata uang untuk meningkatkan ekspor, Xi terus disorot atas kebijakan itu.

Posisi Global

Untuk mewujudkan tujuannya menjadikan China sebagai negara adidaya global abad ke-21, Xi mendorong reformasi militer untuk meningkatkan angkatan laut dan udara.

Beberapa tahun terakhir, Xi menegaskan kapasitas angkatan laut China salah satunya dengan pembangunan pulau-pulau buatan di dalam wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan.

Beijing menolak kabar itu, meski foto-foto satelit menunjukkan bahwa pulau-pulau itu digunakan untuk menampung militer dan terus berkembang.

Pada Juli 2016, sebuah pengadilan internasional di Den Haag memutuskan bahwa China telah mengeklaim wilayah tersebut secara ilegal. China menolak menerima otoritas dari keputusan tersebut.

Meskipun sering berselisih dengan AS mengenai masalah perdagangan, Xi secara terbuka mengakui perlunya China bekerja sama dengan mitra Baratnya dalam masalah perubahan iklim.

Perluasan Kekuasaan

Pada Oktober 2017, selama pertemuan Kongres Nasional Partai Komunis ke-19, para delegasi memilih untuk menambahkan kata-kata "Pemikiran Xi Jinping untuk Era Baru Sosialisme dengan Karakteristik Khusus China" ke dalam konstitusi partai.

Penambahan itu dimaksudkan sebagai prinsip panduan bagi partai untuk bergerak maju, dengan visi Xi membuka jalan bagi kepemimpinan global di tahun-tahun mendatang.

Lebih jauh lagi, perubahan konstitusi meningkatkan status Xi untuk menyamai status mantan ketua Partai Komunis Mao Tse-tung dan Deng Xiaoping.

Pada 2018 setelah Xi dikonfirmasi menjabat untuk lima tahun kedua, Kongres Rakyat Nasional menyetujui penghapusan batas dua masa jabatan kepresidenan, yang secara efektif memungkinkan Xi Jinping untuk tetap berkuasa seumur hidup.

Xi menghadapi tantangan baru di hari-hari terakhir 2019 dengan merebaknya penyakit mirip pneumonia di Wuhan.

Xi dan Partai Komunis mendapat kritik atas tanggapan awal mereka terhadap krisis. Termasuk upaya yang dilaporkan untuk membungkam dokter yang pertama kali memperingatkan tentang penyakit tersebut, dan untuk tindakan keras terhadap perjalanan dan kebebasan pribadi yang mengikutinya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/07/27/110115970/biografi-tokoh-dunia-xi-jinping-langkah-pangeran-yang-terbuang-menuju

Terkini Lainnya

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke