"Timnas Inggris ini layak diapresiasi sebagai pahlawan, daripada dilecehkan di media sosial," kecam Johnson di Twitter.
"Mereka yang melakukan pelecehan rasial seharusnya malu akan perbuatan mereka," lanjut PM asal Partai Konservatif tersebut.
Pelecehan itu menimpa tiga pemain muda The Three Lions, yakni Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka.
Ketiganya dilecehkan setelah gagal menjadi penalti saat Inggris berhadapan dengan Italia dalam final Euro 2020, Minggu (11/7/2021).
Mereka bertiga sampai mendapatkan emoji monyet. Ada juga yang menulis kalimat rasial dan menyalahkan mereka sebagai biang kekalahan.
Kepolisian Metropolitan London menyatakan, mereka sudah mengawasi segala komentar rasial dalam tagar #Euro2020.
"Pelecehan ini benar-benar tidak bisa dimaafkan. Kami akan menggelar penyelidikan," tegas kepolisian, seperti dilansir AFP, Senin (12/7/2021).
Anggota parlemen dari Partai Konservatif, Tom Tugendhat, menyerukan agar platform media sosial mengambil tindakan.
Tugendhat berkicau, sejumlah platform mempunyai algoritma yang bisa menyasar iklan tertentu kepada penggunanya.
"Tetapi, mereka bahkan tidak bisa menghentikan adanya penghinaan yang menimpa para pemain muda," keluhnya.
Tugendhat menegaskan, netizen yang menuliskan hinaan kepada Rashford, Sancho, dan Saka harus ditangkap dan menanggung perbuatannya.
Beberapa hinaan yang dilayangkan ternyata dibuat oleh akun non-fans Inggris. Bahkan ada yang memakai tagar #forzaItalia.
Penyerang Inggris lainnya, Raheem Sterling, juga sempat mendapatkan emoji monyet karena dianggap curang.
Hinaan tersebut terjadi setelah Sterling mendapat penalti yang membantu Inggris menang dari Denmark 2-1 pada semifinal Rabu (7/7/2021).
https://www.kompas.com/global/read/2021/07/12/151622270/pm-inggris-kecam-pelecehan-rasial-yang-diarahkan-ke-timnas-saat-final