Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

UPDATE Covid-19 Dunia: Asia-Pasifik Terpukul Keras Lonjakan Besar, Sebagian Lockdown

Kini negara-negara di kawasan itu bergegas memberlakukan pembatasan ketat, di saat negara Eropa dan Amerika Serikat mulai melonggarkan prokes Covid-19.

Dihadapkan dengan jumlah infeksi yang meningkat pesat dalam beberapa bulan terakhir, pihak berwenang di negara-negara seperti Thailand, Korea Selatan dan Vietnam mengumumkan atau memberlakukan tindakan darurat pada Jumat (9/7/2021).

Langkah itu diharap dapat memperlambat penyebaran sebelum sistem perawatan kesehatan kewalahan.

Ini adalah ritme yang akrab di sebagian besar dunia, di mana lonjakan berulang kali membanjiri rumah sakit dan menyebabkan jumlah kematian yang tinggi.

Banyak negara Asia menghindari siklus itu dengan memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat yang dikombinasikan dengan tindakan keras di dalam negeri.

Tapi sekarang beberapa negara mencatat rekor jumlah kasus baru dan bahkan kematian.

Sebagian menyalahkan varian delta yang sangat menular, dikombinasikan dengan tingkat vaksinasi yang rendah, dan keputusan untuk mengurangi pembatasan yang telah memukul ekonomi dengan keras.

Rekor baru

Melansir New York Post pada Jumat (9/7/2021), jumlah keseluruhan Covid-19 Asia Pasifik masih jauh dari yang terlihat selama wabah di hotspot Eropa dan Amerika Serikat.

Namun, peningkatan pesat memicu bel peringatan ketika banyak negara Barat dengan tingkat vaksin yang tinggi mulai bernapas lega.

Thailand melaporkan rekor jumlah kematian baru pada Kamis (8/7/2021) dengan 75 korban dan mereka mencapai 72 pada Jumat (9/7/2021).

Korea Selatan mencatat rekor jumlah kasus baru pada Kamis (8/7/2021), tapi kembali mencatat rekor baru pada Jumat (9/7/2021) dengan 1.316 infeksi, menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.

Kasus di tanah air Indonesia juga turut menjadi sorotan.

New York Post menyorot Indonesia yang untuk pertama kalinya, mengalami lonjakan yang membuat rumah sakit menolak pasien dan pasokan oksigen habis.

Sementara itu, dari 317.506 kasus yang dikonfirmasi di Thailand dan 2.534 kematian sejak pandemi dimulai, lebih dari 90 persen muncul sejak awal April.

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, telah banyak dikritik akibat penanganan gelombang kasus baru Covid-19 kali ini.

Termasuk keputusannya, untuk mengizinkan orang melakukan perjalanan dalam festival Songkran pada April untuk merayakan Tahun Baru Thailand.

Masalah vaksinasi

Thailand sudah memiliki peraturan ketat tentang pemakaian masker dan aturan lain untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Tetapi pemerintah mengumumkan tindakan yang lebih ketat pada Jumat (9/7/2921), untuk Bangkok dan daerah sekitarnya. Diantaranya mengatur untuk menutup spa, membatasi jam angkutan umum, dan membatasi jam buka pasar dan toko serba ada.

“Ada yang salah dengan kebijakan pemerintah, vaksinasi kami terlalu lambat, dan kami harus mendapatkan vaksin yang lebih baik,” kata warga Cherkarn Rachasevet, seorang analis TI berusia 60 tahun, yang bergegas ke toko kelontong untuk membeli persediaan setelah mendengar pembatasan baru datang, mengenakan empat masker dan pelindung wajah.

Dia menyesalkan karena tidak akan dapat melakukan vaksinasi pertamanya sampai akhir bulan.

Di seluruh kawasan Asia-Pasifik, tingkat vaksinasi telah tertinggal karena berbagai alasan.

Penyebabnya termasuk masalah produksi dan distribusi, sikap pasif yang lebih memilih untuk menunggu dan melihat kondisi ketika jumlah kasus rendah, dan tidak ada rasa urgensi.

Korea Selatan, awalnya dipuji secara luas atas tanggapan awalnya terhadap pandemi yang mencakup pengujian ekstensif dan pelacakan kontak.

Tapi para kritikus sekarang menyalahkan lonjakan kasus saat ini pada dorongan pemerintah untuk mengurangi jarak sosial karena masalah ekonomi.

Sementara itu, kekurangan pasokan vaksin membuat 70 persen populasi masih menunggu suntikan pertama mereka.

Jumlah kematian baru-baru ini rendah. Pihak berwenang mengklaim itu terkait fakta bahwa banyak yang telah divaksinasi adalah orang Korea yang lebih tua yang berisiko.

Di tengah lonjakan infeksi di wilayah Seoul, pihak berwenang mengumumkan Jumat (9/7/2021) bahwa mulai minggu depan mereka akan memberlakukan pembatasan terketat.

Itu termasuk melarang pertemuan sosial pribadi dengan tiga orang atau lebih setelah jam 6 sore, menutup kelab malam dan gereja, melarang pengunjung di rumah sakit dan panti jompo, dan membatasi pernikahan dan pemakaman hanya untuk pertemuan keluarga.

Kondisi terburuk

Tapi New York Post melaporkan, tidak ada negara yang terkena dampak lebih buruk di kawasan dalam beberapa hari terakhir selain Indonesia.

Rata-rata kasus dan kematian harian selama tujuh hari meningkat lebih dari dua kali lipat selama dua minggu terakhir.

Pakar kesehatan mengatakan penguncian sebagian yang diberlakukan 3 Juli terlalu terlambat dan memperingatkan gelombang saat ini, yang sebagian besar di pulau Jawa, Bali, dan beberapa kota di pulau Sumatera, akan segera mulai menyebar ke seluruh nusantara yang luas.

Saat ini sistem kesehatan sudah tertekuk di bawah tekanan.

Di Malaysia, penguncian nasional yang ketat diberlakukan. Penduduk dikurung di rumah mereka, dengan hanya satu orang per rumah tangga yang diizinkan untuk membeli bahan makanan.

Kasus baru Covid-19 Malaysia terus meningkat sejak 1 Juni, dan rekor 9.180 kasus harian dilaporkan Jumat (9/7/2021). Total korban tewas meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 5.903 sejak 1 Juni.

Ini adalah penguncian nasional kedua selama setahun terakhir. Pemerintah “Negeri Jiran” menyatakan akan tetap mempertahankan kebijakan itu sampai infeksi harian turun di bawah 4.000 dan setidaknya 10 persen dari populasi divaksinasi.

Tetapi kebijakan itu datang dengan biaya yang luar biasa, memperdalam kesulitan ekonomi, dengan sejumlah bisnis terpaksa tutup dan ribuan kehilangan pekerjaan.

Vietnam juga memberlakukan pembatasan yang lebih ketat pada Jumat (9/7/2021). Kota Ho Chi Minh, kota metropolitan terbesar di negara itu dan pusat ekonomi dan keuangannya, memberlakukan lockdown selama dua minggu.

Sebanyak 9 juta penduduk kota bagian selatan itu hanya diizinkan meninggalkan rumah untuk membeli makanan, obat-obatan dan untuk hal-hal mendesak lainnya selama waktu itu.

Vietnam mampu membatasi total kasus virus corona menjadi 2.800 selama tahun pertama pandemi.

Negara itu melaporkan hampir tidak ada kasus baru dalam tiga bulan hingga akhir April, tapi kemudian kasus naik dengan cepat. Dalam dua bulan terakhir, negara itu telah mencatat sekitar 22.000 kasus baru.

Pembatasan yang kurang ketat yang diberlakukan sejauh ini tidak mampu membendung peningkatan.

"Ini adalah keputusan yang sulit untuk mengunci kota, tetapi perlu untuk mengekang pandemi dan kembali normal," kata Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh selama pertemuan pemerintah Kamis malam.

Jepang dan Australia juga mengumumkan pembatasan baru minggu ini.

Jepang secara khusus diawasi karena keadaan daruratnya berarti penonton akan dilarang di sebagian besar tempat pada Olimpiade mendatang.

Dengan terdeteksinya varian delta bulan lalu di New South Wales Australia, Perdana Menteri negara bagian Gladys Berejiklian mengatakan bahwa ini sekarang adalah "periode paling menakutkan" dari pandemi.

Dia mengumumkan pembatasan baru di Sydney pada Jumat, setelah kota itu melaporkan 44 kasus baru. Ini sejalan dengan pendekatan negara untuk bergerak cepat dengan langkah-langkah yang ditargetkan untuk membasmi wabah baru.

"New South Wales menghadapi tantangan terbesar yang kami hadapi sejak pandemi dimulai," katanya. "Dan aku tidak mengatakan itu dengan enteng."

https://www.kompas.com/global/read/2021/07/10/135840270/update-covid-19-dunia-asia-pasifik-terpukul-keras-lonjakan-besar-sebagian

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Global
China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke