Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Israel Tangkap Aktivis Palestina dan Jurnalis di Lahan Sengketa Yerusalem

YERUSALEM, KOMPAS.com - Polisi Israel menangkap seorang aktivis wanita dalam penyerbuan ke rumah keluarga terkemuka di lingkungan Sheikh Jarrah, yang diperebutkan di Yerusalem, pada Minggu (6/6/2021).

Wanita berusia 23 tahun itu, diketahui telah memimpin protes terhadap upaya pemukim Yahudi untuk mengusir puluhan keluarga Palestina dari rumah mereka di daerah tersebut.

Dia kemudian dilepaskan, tetapi saudara kembarnya menyerahkan diri dan tetap ditahan.

Keluarga al-Kurd di Sheikh Jarrah telah berada di garis depan perlawanan selama berbulan-bulan protes terhadap penggusuran yang direncanakan.

Minggu pagi (6/6/2021), polisi membawa Muna al-Kurd (23 tahun), dari rumahnya.

Ayahnya, Nabil al-Kurd, mengatakan polisi “menyerbu rumah dalam jumlah besar dan dengan cara biadab.”

"Saya sedang tidur, dan saya menemukan mereka (polisi) di kamar saya," ujarnya kepada AP.

Polisi kemudian menggeledah rumah dan menangkap putrinya. Video yang diunggah di media sosial menunjukkan dia dibawa pergi dengan tangan diborgol.

“Alasan penangkapan itu karena kami mengatakan bahwa kami tidak akan meninggalkan rumah kami, dan mereka tidak ingin ada yang mengungkapkan pendapatnya, mereka tidak ingin ada yang mengatakan yang sebenarnya,” katanya.

“Mereka ingin membungkam kita.”

Polisi juga mencari saudara laki-lakinya, Muhammad al-Kurd, tetapi dia tidak ada di sana. Belakangan, dia menyerahkan diri ke Yerusalem polisi.

Pengacara dua saudara kandung itu, Nasser Odeh, mengatakan kepada wartawan di luar kantor polisi bahwa kliennya dituduh "mengganggu keamanan publik dan berpartisipasi dalam kerusuhan nasional."

Minggu malam (6/6/2021), Muna al-Kurd dibebaskan. Tapi sebelum dia dibebaskan, polisi sempat bentrok dengan kerumunan di luar stasiun, melemparkan granat kejut. Kakaknya tetap ditahan.

Tekanan pemberitaan

Penangkapan itu terjadi sehari setelah polisi Israel menahan seorang reporter Al Jazeera yang terkenal meliput demonstrasi di lingkungan itu.

Reporter, Givara Budeiri, ditahan selama empat jam sebelum dia dibebaskan dan dikirim ke rumah sakit untuk merawat tangannya yang patah. Tidak jelas bagaimana tangannya patah, tetapi bosnya menyalahkan penganiayaan polisi.

Video menunjukkan Budeiri dari Al Jazeera, yang mengenakan rompi pelindung bertanda "pers," diseret oleh polisi dalam sebuah protes di Sheikh Jarrah.

Menurut saksi, polisi meminta identitas Budeiri. Koleganya mengatakan polisi tidak mengizinkannya kembali ke mobilnya untuk mengambil kartu pers yang dikeluarkan pemerintah.

Sebaliknya, polisi justru mengelilinginya, memborgol lalu menyeretnya ke dalam kendaraan dengan jendela gelap.

Polisi Israel mengatakan pintu masuk ke lingkungan itu terbatas karena situasi yang tegang, dan hanya jurnalis terakreditasi yang diizinkan masuk.

Mereka berdalih ketika Budeiri tidak dapat memberikan izin persnya, polisi “menyingkirkannya.” Mereka menambahkan bahwa Budeiri ditangkap setelah cekcok dan mendorong seorang petugas.

"Polisi Israel akan mengizinkan kebebasan liputan pers, asalkan ini dilakukan sesuai (dengan) hukum sambil menjaga ketertiban umum," menurut sebuah pernyataan. Pernyataan itu tidak merujuk pada tangannya yang patah.

Budeiri ditahan selama empat jam sebelum dia dibebaskan dan dikirim ke rumah sakit, kata Walid Omary, kepala biro Yerusalem untuk Al Jazeera.

Selain patah tangan, Omary mengatakan Budeiri juga mengalami memar di sekujur tubuhnya. Dia mengatakan kamera video kameramennya juga dirusak oleh polisi.

Sebagai bagian dari pembebasannya, Budeiri dilarang kembali ke lingkungan tersebut selama 15 hari.

“Mereka menyerang para jurnalis di Yerusalem timur karena mereka tidak ingin mereka terus meliput apa yang terjadi di dalam Sheikh Jarrah,” kata Omary.

AP yang mewakili ratusan jurnalis yang bekerja untuk organisasi berita internasional, mengatakan perlakuan terhadap Budeiri adalah "yang terbaru dalam rangkaian panjang taktik kekerasan polisi Israel" terhadap media dalam beberapa pekan terakhir.

Dikatakan wartawan telah terkena granat kejut, gas air mata, peluru berujung spons dan air berbau busuk.

“Kami meminta polisi untuk menghukum petugas yang tidak perlu melukai seorang jurnalis berpengalaman dan merusak peralatan profesional. Dan sekali lagi, kami mendesak polisi untuk menjunjung tinggi janji Israel untuk menghormati kebebasan pers dan untuk mengizinkan jurnalis melakukan pekerjaan mereka dengan bebas dan tanpa rasa takut, cedera dan intimidasi," kata FPA.

Panasnya konflik Sheikh Jarrah

Awal tahun ini, tindakan keras polisi di Sheikh Jarrah dan bagian lain Yerusalem timur memicu kerusuhan selama berminggu-minggu.

Bentrokan tersebut juga yang disorot sebagai pemicu perang 11 hari antara Israel dan militan Hamas di Jalur Gaza.

Ketegangan itu memanas lagi minggu ini, dan dikhawatirkan bisa berkobar lagi. Terutama, jika ultranasionalis Israel menindaklanjuti rencana untuk melakukan pawai pada Kamis (10/5/2010) melalui Kawasan Muslim di Kota Tua Yerusalem.

Polisi Israel diperkirakan akan mengadakan konsultasi mengenai apakah pawai akan diizinkan untuk dilanjutkan. Kegiatan itu semula direncanakan berlangsung ketika perang meletus pada 10 Mei.

Kekerasan baru dapat memperumit tugas lawan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang membentuk koalisi rapuh dan berbeda pekan lalu.

Koalisi itu dibentuk untuk meloloskan mosi pada parlemen, yang diperlukan untuk menggantikan jabatan Netanyahu. Sementara sekutu dekat Netanyahu mengawasi kepolisian.

Di Sheikh Jarrah, pemukim Yahudi telah melakukan kampanye selama puluhan tahun, untuk mengusir keluarga-keluarga dari lingkungan padat penduduk Palestina di luar tembok Kota Tua.

Daerah itu adalah salah satu bagian paling sensitif dari Yerusalem timur. Di mana rumah bagi situs-situs suci bagi orang Yahudi, Kristen dan Muslim, direbut Israel pada 1967 dan dicaplok dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Israel memandang seluruh kota Yerusalem sebagai ibu kotanya. Sedangkan Palestina menginginkan Yerusalem timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Kelompok pemukim dan pejabat Israel mengatakan perselisihan Sheikh Jarrah hanyalah tentang real estat. Namun warga Palestina mengatakan mereka adalah korban dari sistem diskriminatif.

Para pemukim menggunakan undang-undang 1970. Beleid ini memungkinkan orang Yahudi merebut kembali properti Yahudi, yang sebelumnya hilang selama perang 1948 seputar pembentukan Israel.

Di sisi lain, hak bagi orang Palestina yang kehilangan properti dalam konflik yang sama ditolak.

Perang bulan lalu juga dipicu oleh bentrokan berminggu-minggu di Yerusalem antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina di dalam dan sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa, sebuah situs suci titik nyala.

Perang meletus pada 10 Mei ketika Hamas, yang menyebut dirinya pembela kota suci, meluncurkan rentetan roket ke Yerusalem.

Sekitar 254 orang tewas di Jalur Gaza dan 13 di Israel sebelum gencatan senjata mulai berlaku pada 21 Mei.

Penjabat direktur jenderal Al Jazeera, Mostefa Souag, mencatat bahwa penahanan Budeiri terjadi setelah Israel pada perang 15 Mei menghancurkan gedung tinggi Gaza yang menampung kantor lokal Al Jazeera. Menara ini juga menampung kantor AP.

Israel menuduh bahwa intelijen militer Hamas beroperasi dari gedung itu. AP mengatakan tidak memiliki indikasi kehadiran Hamas dan telah menyerukan penyelidikan independen.

https://www.kompas.com/global/read/2021/06/07/085535470/israel-tangkap-aktivis-palestina-dan-jurnalis-di-lahan-sengketa-yerusalem

Terkini Lainnya

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke