KABUL, KOMPAS.com - Seorang wanita berteriak minta ampun saat dicambuk 40 kali oleh Taliban karena "berbicara dengan pria di telpon".
Sebuah video menunjukkan seorang pria mencambuk seorang wanita yang berbalut burka biru, yang menutupi seluruh tubuh dan majahnya.
Wanita tersebut dibawa ke dalam lingkaran penonton di dekat Herat oleh seorang tetua Taliban, sebelum hukumannya diberikan oleh 2 orang lainnya, seperti yang dilansir dari The Sun pada Selasa (27/4/2021).
Wanita itu kemudian berlutut di tanah, memohon pengampunan saat dia berulang kali dicambuk. Momen itu menjadi salah satu contoh kekuatan Taliban di Afghanistan.
Seorang pria terlihat mencambuknya berkali-kali dalam video sebelum menyerahkan cambuk kepada tetua yang lainnya, yang mencambuknya lebih keras.
Dalam kesakitan, wanita itu terdengar putus asa berkata, "Saya bertobat, ini salah saya, saya yang melanggar".
Pemukulan brutal disaksikan oleh para pria lokal berkerumun untuk menyaksikan hukuman yang dilakukan.
Dalam hukuman terhadap wanita tersebut, 3 pria bertindak sebagai hakim yang memproklamirkan diri dan memutuskan untuk menghukumnya karena "hubungan tidak bermoral", menurut laporan France 24.
Sementara, pria yang ditelpon wanita itu telah ditangkap dan ditahan di penjara Taliban.
Video itu diperkirakan direkam pada akhir tahun lalu, tapi baru sekarang muncul setelah diunggah di media online.
Tiga kali dalam sepekan pengadilan Taliban di provinsi Obe menangani masalah yang diajukkan masyarakat lokal, karena mereka kurang percaya pada pemerintah.
Mereka yang menonton hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan Taliban terkadang mengunggahnya di media sosial.
Sistem hukum Taliban disebutkan ada di seluruh Afghanistan karena kurangnya kehadiran pemerintah.
Atefa Ghafouri, seorang aktivis hak asasi perempuaan di Herat mengatakan bahwa para Taliban memimpin "pengadilan yang merasa tidak tersentuh" karena "kelambanan pemerintah Afghanistan".
"Semua pria yang menghadiri pencambukan adalah warga negara biasa, hanya orang-orang yang tinggal di daerah itu," kata Ghafouri kepada France 24.
"Banyak warga Afghanistan, terutama di daerah pedesaan, mendukung pengadilan ini," imbuhnya.
"Dalam banyak hal di Afghanistan, pemerintah tidak hadir," ucapnya.
"Tidak ada pengadilan di mana Anda dapat pergi dan mengajukan pengaduan. Dan bahkan ketika ada semacam pengadilan, proses peradilannya lama dan mahal, karena Anda harus membayar suap agar seseorang benar-benar menangani file Anda," terangnya.
"Jadi, sayangnya, satu-satunya alternatif adalah pengadilan Taliban, yang kebetulan juga cepat dan gratis," ucapnya.
"Masyarakat datang ke pengadilan dan menemukan solusi untuk masalah mereka serta membangun legitimasi. Taliban kemudian memberlakukan aturan mereka. Korban pertama dari sistem mereka adalah perempuan," paparnya.
Hampir 2 dekade kehadiran militer AS di Afghanistan, tapi Taliban tetap menguasai Afghanistan, contoh sederhananya adalah hukuman terhadap wanita dalam video tersebut.
Video hukuman Taliban itu muncul setelah Joe Biden mengkonfirmasi bahwa AS akan menarik semua tentara dari Afghanistan pada 11 September 2021, untuk mengakhiri "perang terpanjang dalam sejarah AS".
Biden mengonfirmasi 2.500 tentara Amerika akan dipulangkan mulai 1 Mei, batas waktu penarikan yang disepakati antara Donald Trump dan Taliban.
Ia mengumumkan penarikan itu selama konferensi pers Gedung Putih di Roosevelt Room, di mana George W Bush mengumumkan serangan terhadap kamp pelatihan Al-Qaeda pada 7 Oktober 2001.
Namuan kemudian, ia mengatakan bahwa Taliban harus tahu bahwa AS akan "membela sekutu dan mitra kami dengan semua alat yang kami miliki".
https://www.kompas.com/global/read/2021/04/30/165950270/bicara-dengan-pria-di-telpon-seorang-wanita-dihukum-cambuk-oleh-taliban