Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertama Kali dalam Sejarah, Populasi Korea Selatan Turun

SEOUL, KOMPAS.com – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Korea Selatan mencatatkan penurunan populasinya.

Berdasarkan sensus terbaru, populasi Korea Selatan tercatat 51.829.023 jiwa pada akhir Desember 2020, turun 20.838 jiwa dari tahun sebelumnya.

Padahal 10 tahun sebelumnya, Korea Sealatan selalu mencatatkan pertumbuhan populasi meski tingkap pertumbuhan selalu menurun dari waktu ke waktu.

Kantor berita Yonhap melaporkan, pertumbuhan populasi di Korea Selatan sebanyak 1,49 persen. Sedangkan pada 2019, persentase pertumbuhan populasi hanya menjadi 0,05 persen.

Pada 2020, Korea Selatan mencatatkan angka kelahiran sebanyak 275.815 jiwa. Sedangkan jumlah kematian sebanyak 307.764 kematian.

Tren tersebut menambah tekanan pada Pemerintah Korea Selatan untuk mengatasi tantangan demografi jangka panjang sebagaimana dilansir dari The Guardian, Senin (4/1/2021).

Selain itu, Korea Selatan juga menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh masyarakat yang menua dengan cepat dengan tingkat kesuburan terendah di dunia.

“Di tengah angka kelahiran yang menurun dengan cepat, pemerintah perlu melakukan perubahan mendasar pada kebijakan terkait,” ujar Kementerian Dalam Negeri Korea Selatan.

Karena populasinya secara keseluruhan menyusut, Korea Selatan juga mengalami peningkatan jumlah orang lanjut usia (lansia).

Negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia tersebut memiliki jumlah warga lansia, yang berusia 60 tahun ke atas, mencapai 24 persen dari total populasi.

Pemerintahan Presiden Moon Jae-in baru-baru ini mengumumkan inisiatif untuk mendorong warganya agar memiliki keluarga yang lebih besar.

Pemerintah memberikan insentif termasuk membayar wanita hamil sebanyak satu kali sebesar 1 juta won (Rp 12 juta) dan tunjangan tunai bulanan untuk anak-anak berusia di bawah 12 bulan.

Tetapi, para kritikus mengatakan langkah-langkah itu tidak banyak membantu mengatasi kendala keuangan yang jauh lebih besar untuk memiliki lebih banyak anak seperti biaya pendidikan dan perumahan yang mahal.

Paradigma

Selain tekanan pada keuangan keluarga, beberapa ahli telah menunjukkan meningkatnya pertentangan di antara wanita Korea Selatan untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial.

Para wanita di Korea Selatan enggan hanya bertugas membesarkan anak dan merawat mertua yang menua sementara suami mereka bekerja.

Pada 2018, lebih dari 22 persen wanita Korea Selatan yang lajang atau belum pernah menikah mengatakan bahwa mereka menganggap menikah adalah bagian penting dari kehidupan.

Jumlah wanita yang berpandangan seperti itu turun drastis pada 10 tahun lalu di mana 47 persen wanita menganggap bahwa menikah adalah bagian penting dari kehidupan.

Pergeseran paradigma itu tercermin dari penurunan jumlah perkawinan. Pada 1996, angka perkawinan tercatat 434.900 sedangkan pada 2010 angka perkawinan hanya 257.600.

Tingkat kelahiran Korea Selatan, atau jumlah rata-rata anak yang dimiliki seorang wanita selama hidupnya, turun ke rekor terendah yakni 0,92 anak untuk setiap wanita pada 2019.

Rasio tersebut membuat Korea Selatan menjadi negara dengan rasio ibu dengan anak terendah di antara semua anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

Untuk menjaga kestabilan populasi, rasio ibu dengan anak minimal seharusnya 2,1.

Jika tren penurunan populasi itu terus berlanjut, pemerintah memperkirakan populasi Korea Selatan akan turun menjadi 39 juta jiwa pada 2067 dengan lebih dari 46 populasinya akan berusia di atas 64 tahun.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/04/152401770/pertama-kali-dalam-sejarah-populasi-korea-selatan-turun

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke