Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Potensial Antara China dan AS di Laut China Selatan, Kenapa?

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Wilayah Laut China Selatan berpotensi terjadi bentrokan setelah presiden terpilih AS, Joe Biden dilantik pada 20 Januari mendatang.

Sebuah laporan itu muncul dari South China Sea Probing Initiative (SCSPI), sebuah lembaga pemikir yang berfokus pada masalah keamanan di sekitar wilayah yang diperebutkan.

Laporan itu menyoroti kemungkinan bentrokan "tak terduga" antara kedua negara kuat, AS dan China, di tengah ketegangan yang meningkat.

Melansir Express pada Minggu (20/12/2020), organisasi tersebut mengatakan, "Kami masih percaya bahwa risiko konflik meningkat."

"Meskipun kurang disebutkan dalam laporan media akhir-akhir ini, selalu ada beberapa pertemuan dalam berbagai jenis dari kedua sisi (AS dan China) setiap hari," ujar laporan tersebut.

Ia menambahkan, "Jika AS dan China tidak dapat menemukan langkah-langkah manajemen krisis yang substantif, risiko kecelakaan atau konflik tak terduga akan tetap tinggi."

Hu Bo, Direktur Pusat Penelitian Strategi Maritim, sebelumnya menyuarakan keprihatinan atas potensi konflik antara Washington dan Beijing.

“Meskipun AS telah mencoba untuk memisahkan diri dari China di daerah lain, tapi kembali lagi mereka terhubung (berkonflik)," kata Hu Bo.

"Kemungkinan terjadinya konflik skala besar, kecil," ucapnya

"Tapi, konflik skala menengah atau kecil mungkin terjadi, seperti 2 kapal perang yang saling bertabrakan atau baku tembak sesekali sejak kapal perang dan pesawat kedua negara saling berhadapan."

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, telah meminta negara lain untuk bekerja sama melawan dominasi China.

Wu berkata, “Jika salah satu titik paling kritis dari rantai pulau pertama tidak berada di tangan negara-negara yang berpikiran sama, kita dapat membayangkan apa yang akan tercipta dalam gambaran strategis global."

“Kita pasti perlu memikirkan bagaimana kita mencegahnya terjadi," imbuhnya.

“Negara-negara yang berpikiran sama perlu bersatu, dan kita akan menjadi kuat bersama.”

Wu mengatakan kepada sekutu termasuk AS, Jepang, Australia dan kekuatan Eropa bahwa jika Taiwan "menjadi mangsa China" itu akan meningkatkan jangkauan Beijing ke kawasan Pasifik.

Ketegangan antara China dan AS telah meningkat secara mengkhawatirkan selama beberapa bulan terakhir karena kedua negara meningkatkan kehadiran militer mereka di perairan Laut China Selatan.

China telah membangun pangkalan militer di beberapa atol di wilayah tersebut.

Angkatan Laut AS mengeluarkan laporan yang memperingatkan untuk China dan Rusia adalah "dua ancaman paling signifikan bagi era perdamaian dan kemakmuran global".

Dokumen itu, "Advantage at Sea", mengatakan bahwa Beijing menimbulkan risiko terbesar dibanding Moskwa.

Dikatakan, “Kami memprioritaskan persaingan dengan China karena kekuatan ekonomi dan militernya yang tumbuh, meningkatkan agresivitas."

Selain itu, dikatakannya karena adanya "niat untuk mendominasi perairan regionalnya dan membentuk kembali tatanan internasional yang menguntungkannya."

China dikatakan telah menerapkan strategi dan pendekatan revisionis yang menargetkan jantung kekuatan maritim Amerika Serikat.

“Ini berupaya merusak tata kelola maritim internasional, menolak akses ke pusat logistik tradisional,
menghambat kebebasan laut, serta mengontrol penggunaan titik penghubung utama," ucapnya.

"Menghalangi keterlibatan kami dalam sengketa regional, dan menggantikan Amerika Serikat sebagai mitra pilihan di negara-negara di seluruh dunia. ”

https://www.kompas.com/global/read/2020/12/20/190542970/perang-potensial-antara-china-dan-as-di-laut-china-selatan-kenapa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke