Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mereka yang Tersakiti oleh Ucapan Trump Kirim Surat Terbuka ke Gedung Putih

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Rosie Davis ingat pertama kali bagaimana dia khawatir tentang kondisi sang ibu pada bulan Maret lalu. Momen ketika virus corona pertama kali muncul dan semakin melonjak di Amerika Serikat.

Ibunya, Mary Castro tinggal di panti jompo di Dallas. Kesehatannya terus menurun beberapa tahun terakhir. Oleh karenanya, dia termasuk lansia dengan risiko kesehatan tinggi.

Karena adanya pembatasan akibat virus, Davis (44) yang berprofesi sebagai ahli kecantikan hanya bisa melihat ibunya dari balik jendela kaca.

Sampai suatu ketika, Davis menjenguk sang ibu di bulan Mei. Dia melihat ada yang salah dari gelagat sang ibu.

"Dia tidak terlalu tanggap. Kami harus mengetuk jendela untuk menarik perhatiannya. Dia bahkan tak bisa memegang hadiahnya sendiri," ujar Davis. "Itu peringatan besar buat saya."

Ketika itu belum ada aturan wajib memakai masker di distrik Dallas. "Dia (Ibu) hanya memakai masker di sekitar daun telinga, tidak menutupi mulut atau hidungnya."

Davis mengatakan dia meminta panti jompo, di mana pernah ada kasus virus corona sebelumnya, untuk memeriksa ibunya. Tapi permohonannya tidak dikabulkan. Akhirnya, dia memutuskan untuk menelepon 911.

Sebuah ambulans tiba, dan Davis mengucapkan selamat tinggal. Ingatan itu masih membuatnya emosional.

"Ingatan terakhir yang saya miliki tentang ibu saya adalah dia diangkat ke bagian belakang ambulans," kata Davis dikutip People.

Castro memang tidak meninggal dalam waktu dekat tapi dia jelas meninggal dalam keadaan sendirian.

Davis menelepon beberapa kali setiap hari saat Castro dirawat di rumah sakit. Pada 16 Mei, seorang perawat mengatakan ibunya cukup responsif untuk berbicara di telepon.

“Sungguh (seperti) menghirup udara segar saat mendengar suaranya... Dia berkata, 'Apakah batasan sudah dicabut? Saya benar-benar lelah dan saya tidak ingin berada di sini lagi,'" kata Davis." Dan saya mengatakan kepadanya,' Saya sangat menyesal tidak bisa bersamamu.'"

"Saya yakin dia tahu dia akan mati," kata Davis sekarang. "Dia mengatakan kepadaku, 'Aku hanya ingin kamu tahu aku mencintaimu. Aku sangat bangga padamu dan kamu telah menjadi putri terbaik bagiku.' Kata-kata terakhirnya kepadaku adalah, 'Saat kamu masuk surga, kami akan mencari satu sama lain. '"

Virus corona membunuh lansia itu keesokan harinya, tepat di usianya yang ke-75 tahun.

Sebuah surat terbuka untuk Trump

Pasca kematian Castro, keluarga wanita itu menuliskan obituari yang sangat memilukan. Keluarga Castro mengenang Mary Castro sebagai sosok ibu, nenek yang menjaga iman dan senang membuat kerajinan tangan.

"Kematiannya yang semestinya bisa dicegah adalah karena kegagalan pemerintah federal dan negara bagian yang tidak punya perasaan," tulis obituari itu. 

Menurut People, Davis kemudian bergabung dengan lebih dari 700 orang lainnya yang memiliki riwayat selamat dari Covid-19 atau kerabat mereka yang selamat dari penyakit mematikan itu untuk menandatangani surat terbuka kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Di dalam surat itu, para "survivor" Covid-19 ini menyerang Trump yang dinilai kurang dalam kepemimpinan dan berbuat lebih banyak untuk melindungi publik di tengah pandemi.

"Bersama-sama, kami mewakili korban manusia yang sangat mengejutkan untuk dijelaskan," bunyi surat kelompok itu kepada Trump.

"Rata-rata setiap hari, lebih dari 43.000 orang Amerika dinyatakan positif Covid-19 dan ratusan orang meninggal."

Surat itu dikirim melalui surel dan secara fisik dikirim ke Gedung Putih, dikumpulkan oleh para korban selamat dari Covid-19 bernama "Covid survivors for Change".

"Kepemimpinan Anda yang gagal akan terus membahayakan jutaan nyawa," bunyi surat itu. "Ini adalah kelalaian dan ketidakpedulian yang tidak berperasaan atas penderitaan kami.

Ini adalah pengkhianatan terhadap tugas Anda untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan semua orang Amerika.

Kami pantas mendapatkan yang lebih baik. Kami menuntut yang lebih baik. Kebohongan Anda dan kesalahan manajemen yang parah atas respons pandemi telah menyebabkan jumlah kematian yang mengejutkan di seluruh Amerika yang tidak dialami oleh negara maju lainnya; yakni lebih dari 210.000 jiwa. Dan jumlah ini terus bertambah setiap hari."

Surat itu menjabarkan daftar tuntutan, termasuk rencana tanggapan terhadap pandemi berbasis data yang didasarkan pada strategi pencegahan dan pengurangan wabah yang terbukti.

Juga rencana pembukaan kembali ekonomi yang memprioritaskan keselamatan semua orang Amerika, dan dukungan langsung bagi mereka yang paling terkena dampak Covid-19.

“Kami berasal dari berbagai latar belakang. Kami adalah Republikan, Demokrat, dan Independen, dan beberapa orang yang kami cintai memilih Anda pada tahun 2016,” tulis kelompok itu dalam surat mereka.

Sebagai tanggapan, seorang juru bicara Gedung Putih yang dikutip People mengatakan bahwa Presiden Trump "terus mengungkapkan simpati terdalamnya" kepada mereka yang dirugikan oleh Covid-19 dan "tak henti-hentinya" dalam "perjuangannya untuk mengalahkan virus ini."

Juru bicara itu mengatakan kelompok itu mengabaikan bahwa, Trump sebenarnya telah memimpin tanggapan pandemi berbasis data dan rencana pembukaan kembali yang aman dalam upayanya yang tak henti-hentinya untuk mengalahkan virus.

Komentar Trump ketika sembuh dari Covid-19 menyakiti perasaan rakyatnya

"Jangan biarkan (Covid) ini mendominasimu," ujar Trump dalam sebuah pesan video suatu malam saat menjalani pemulihan dari infeksi Covid-19.

Presiden Trump mengatakan bahwa Covid-19 bahkan jauh tak lebih mematikan daripada flu untuk sebagian besar populasi. Pernyataan itu diberi label oleh Twitter sebagai informasi yang menyesatkan.

“Tujuh puluh empat tahun dan virus benar-benar tidak membuatnya lamban,” kata Tucker Carlson pada suatu malam di Fox News. “Anda mungkin menyimpulkan bahwa virus corona tidak begitu menakutkan seperti yang mereka katakan.”

Donald Trump yang meremehkan diagnosis Covid-19-nya sendiri, dan retorikanya yang menyamakan penyakit dengan kelemahan, telah menjadi penghinaan yang mendalam.

Sebelum Trump dirawat di rumah sakit, kebanyakan orang Amerika sudah tidak setuju dengan penanganannya terhadap pandemi.

Dikutip dari the Atlantic, pada setiap komentar yang meremehkan, Trump merendahkan penderitaan sebagian besar orang Amerika yang terus bertambah.

"Tingkat trauma yang dirasakan orang biasa ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Sabila Khan, seorang warga yang telah membuat kelompok dukungan Covid-19 secara online.

“Tindakan dan tweet-nya tidak menghormati kenangan semua orang yang meninggal, orang yang kita cintai yang meninggal ketakutan dan sendirian.”

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/24/143903370/mereka-yang-tersakiti-oleh-ucapan-trump-kirim-surat-terbuka-ke-gedung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke