Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Makna Dibalik "Background" Pemimpin Dunia yang Pidato saat Sidang Umum PBB

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Dimulai dari Presiden China Xi Jinping, dia mendesak dunia untuk "menolak upaya pembangunan blok untuk mencegah orang lain keluar" dengan background atau layar belakang saat dia berpidato bergambar Tembok Besar China.

Kemudian, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menggunakan foto dan video untuk mengilustrasikan apa yang dia bicarakan.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison yang membagikan pandangan kebijakan negaranya, punya background pemandangan indah Sydney Harbour.

Melansir Associated Press (AP), jika sebelum pandemi, Sidang Umum PBB tahunan selalu menjadi satu tempat dengan satu layar belakang yang sama, tahun ini setiap presiden berkesempatan "menunjukkan wajah tanah air mereka" masing-masing.

Para pemimpin dunia berbicara melalui video yang sudah direkam, dengan memberikan citra yang sesuai dengan persona mereka yang hendak mereka tampilkan pada dunia.

Menurut pengamatan Steven D Cohen, profesor komunikasi bisnis Universitas Johns Hopkins Amerika Serikat (AS), apa yang disampaikan dan ditunjukkan para pemimpin dunia melalui video virtual pidato mereka adalah sesuatu yang otentik dan harus dipercaya oleh penontonnya.

Background video para pemimpin dunia saat pidato virtual adalah sesuatu yang telah dipikirkan matang-matang dan tentunya dibuat secara kreatif.

“Mereka dapat menggunakan apa yang ada di background untuk melengkapi pesan-pesan tersebut, untuk menerobos layar komputer dan terhubung melalui cerita, melalui visi,” papar Cohen yang menjelaskan relasi antara background dan isi pidato.

Meski bisa memproyeksikan pandangan mereka, banyak pemimpin menyesalkan tidak bisa berpidato secara langsung (tatap muka) tahun ini.

“Untung saja kita bisa memanfaatkan teknologi modern secara optimal,” kata presiden baru Suriname, Chan Santokhi, salah satu pembicara yang videonya menyertakan instrumen pengantar.

Pemimpin lainnya menyempurnakan presentasi mereka dengan terjemahan pidato atau bahkan tulisan bergaya TV kabel seperti, “BAGAIMANA KITA BISA MEMBANGUN MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK UNTUK SEMUA” dan “KITA TIDAK BISA MEMBIARKAN YANG LAIN TERBELAKANG” seperti yang disampaikan perdana menteri eSwatini, Ambrose Mandvulo Dlamini.

Sementara Duterte, presiden Filipina menambahkan sebagian pidatonya dengan foto dan video yang relevan dari pusat uji virus Corona, pusat pemantau badai, dan lainnya, lebih lengkap dari sekadar gambar peta yang dipakai para pemimpin lainnya.

Tanpa background ruangan seperti aula, beberapa pembicara memilih pendekatan yang lebih mudah.

Sri Paus Fransiskus misalnya, tidak memakai mimbar saat berpidato dan memilih berdiri dekat kamera di sebuah ruangan yang dilapisi rak buku, seolah-olah sedang berbicara kepada seseorang.

Banyak pemimpin duduk di meja, terkadang memberi pemandangan sekilas foto-foto pribadi, tumpukan buku, dan barang sehari-hari lainnya yang mungkin dikurasi dengan cermat, termasuk secangkir kopi seperti yang ditampilkan Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador.

Morrison, PM Australia, memilih suasana yang lebih komunikatif dengan memilih background sebuah tempat cerah yang menghadap ke pelabuhan kota dan gedung opera Australia yang terkenal, dengan perahu yang lewat di latar belakang.

Morrison, yang pernah mengeluh tentang lembaga internasional yang memerintah negara-negara sekitarnya, menyebut virus corona sebagai pengingat akan pentingnya kerja sama multinasional, meskipun dia menambahkan bahwa lembaga internasional harus "bertanggung jawab kepada negara-negara berdaulat yang membentuknya."

Perdana Menteri Fiji, Frank Bainimarama, memiliki kerumunan di latar belakang pidatonya untuk sesi khusus pada peringatan 75 tahun PBB.

Setelah sambutannya menyoroti peran Fiji dalam misi penjaga perdamaian dan upaya pelestarian laut, dia dan para kerumunan itu bersorak untuk PBB.

Yang pasti, pada umumnya para pemimpin berbicara dalam bahasa visual tradisional yang biasa terdapat pada pembuatan pidato politik, diapit oleh bendera dengan latar belakang polos yang cocok untuk TV.

Tapi ada juga yang lebih luwes, Kausea Natano misalnya, perdana menteri negara kepulauan Pasifik Tuvalu, memberikan background kepada penonton global pemandangan pantai tropisnya.

Bagi para pemimpin negara, latar belakang tentu saja sering kali berbicara lebih dari sekadar selera individu.

Presiden Venezuela Nicolás Maduro berbicara dengan background potret besar pemimpin kemerdekaan Amerika Selatan abad ke-19 Simón Bolivar dan memanggilnya sambil mengecam Amerika Serikat, yang tidak mengakui Maduro sebagai presiden Venezuela.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggunakan ruang diplomatik Gedung Putih untuk merekam pidato singkat yang tidak biasa yang berfokus pada kritiknya terhadap China.

Presiden Palau, misalnya, menggunakan videonya untuk mengirim pesan yang lebih dekat dan pribadi dalam pidato terakhirnya di PBB setelah menjabat sebagai pemimpin negara kepulauan Pasifik selama 16 dari 20 tahun terakhir.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/27/234106770/makna-dibalik-background-pemimpin-dunia-yang-pidato-saat-sidang-umum-pbb

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke