Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dituduh Mata-mata oleh AS, Diplomat China Ini Sempat Bertugas di Australia

CANBERRA, KOMPAS.com - Seorang diplomat China yang diduga menggunakan dokumen identitas palsu di Amerika Serikat (AS) sampai tahun lalu merupakan sosok senior nomor 2 di Kedutaan China untuk Canberra, Australia. 

Di sana, dia secara rutin berjumpa dengan para politisi Australia.

Melansir ABC, Cai Wei, seorang Konsulat Jenderal di kota Houston, menolak perintah Pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk menutup komplek diplomat China yang dicurigai sedang melakukan aktivitas spionase.

Antara 2014 sampai 2019, diplomat itu berperan sebagai Wakil Kepala Misi Kedutaan China di Australia. Sebelumnya, dia juga bekerja di pos-pos lain termasuk salah satu anggota organisasi intelijen Five Eyes, Kanada.

Pada 2018, Cai Wei menggunakan sebuah pertemuan makan malam dengan anggota parlemen tenaga kerja di Canberra untuk membantah bahwa Partai Komunis China telah mencoba mengendalikan para pelajar asing yang tengah belajar di Australia.

Departemen AS telah menuduh konsulat China di Houston melakukan 'perilaku subversif' dan mengatakan bahwa Cai Wei dan 2 diplomat lainnya menggunakan identifikasi palsu ketika mengawal pelancong China melalui bandara internasional Houston.

Berdasarkan keterangan New York Times, penyelidikan ke konsulat Houston telah mencakup upaya pemeriksaan tentang pengiriman penelitian medis secara ilegal dan informasi sensitif lainnya dari lembaga-lembaga di wilayah itu.

Penyelidikan itu juga menuduh adanya rencana-rencana untuk mengajak lebih dari 50 peneliti, profesor dan akademisi di wilayah itu untuk menyerahkan penelitian atau pun informasi kepada lembaga-lembaga China dan memaksa warga China di AS untuk kembali ke negaranya.

Pada Rabu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa 'selalu mungkin' pemerintahannya untuk menutup lebih banyak lagi misi China di AS.

Sebagai respons terhadap perintah AS, China juga memerintahkan agar AS menutup konsulat di kota Chengdu.

Pada awal pekan ini, pemadam kebakaran di Houston melaporkan adanya aktivitas pembakaran kertas dan dokumen di konsulat China di Houston, Texas setelah AS memberi para pekerja konsulat itu waktu 3 hari untuk menutup kantor tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Juru bicara Departemen AS mengatakan langkah tersebut dibuat "untuk melindungi kekayaan intelektual Amerika dan privasi informasi warga Amerika".

"AS tidak akan menoleransi kekerasan China terhadap kedaulatan dan intimidasi yang mereka lakukan pada warga kita, seperti kita tidak menoleransi praktik dagang Republik Rakyat China, mencuri pekerjaan warga Amerika dan perilaku mengerikan lainnya."

Pada Rabu kemarin, Senator Republik Marco Rubio seorang anggota dari Komite Intelijen dan Hubungan Luar Negeri AS mengatakan dalam cuitannya di Twitter bahwa konsulat China di Houston merupakan "pusat titik jaringan luas Partai Komunis dan mempengaruhi operasional di AS".

Ada pun seorang Juru bicara untuk Pemerintah Australia telah menolak untuk memberikan komentar soal Cai Wei ketika diplomat itu bertugas di Australia, terkait persoalan antara China-AS belakangan ini.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/24/160416470/dituduh-mata-mata-oleh-as-diplomat-china-ini-sempat-bertugas-di-australia

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke