Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dikecam karena Masih Ingin Embargo Iran, AS: Trump Punya Hak Prerogatif

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak punya hak untuk menggerakkan mekanisme Dewan Keamanan PBB untuk menghancurkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kembali menyeru soal sanksi.

Dilansir Washington Examiner, pernyataan itu disampaikan oleh salah seorang diplomat senior China yang menggalang dukungan dari negara-negara Eropa.

"Berhenti dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), AS tidak lagi menjadi partisipan dan tidak punya hak untuk kembali memberi sanksi," ungkap Duta Besar China Zhang Jun selama rapat virtual Dewan Keamanan Nasional.

Jerman setuju akan hal itu. 

"Saya sepakat dengan apa yang dikatakan kolega saya dari China (Zhang Jun) tentang campur tangan AS dalam mekanisme tersebut," ujar Duta Besar Jerman, Christoph Heusgen.

Pernyataan itu menandakan penentangan besar di Dewan Keamanan PBB pada Oktober mendatang, di mana saat itu kesepakatan embargo senjata Iran akan menemui batas waktu.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengancam akan kembali memberi sanksi internasional jika kesepakatan embargo senjata terhadap Iran dicabut.

Atau, jika China mau pun rusia membatalkan resolusi Dewan Keamanan baru yang akan memperpanjang aturan embargo senjata terhadap Iran.

Sementara itu kepada Dewan Keamanan PBB, Mike Pompeo mengatakan pada Selasa pagi (30/6/2020) bahwa AS punya preferensi luar biasa terkait kerja sama dengan Dewan Keamanan untuk memperpanjang embargo senjata.

Tujuannya dikatakan Pompeo, "...untuk melindungi kehidupan manusia, untuk melindungi keamanan nasional kita dan untuk melindungi Anda (Dewan Keamanan)."

Lebih dari itu, tim Pompeo berpendapat bahwa kesepakatan embargo senjata terhadap Iran telah ditulis dengan sangat hati-hati dan memberi celah bagi Presiden Trump akan hak prerogatifnya.

Menurut Perwakilan AS khusus Iran, Brian Hook, peran AS dalam JCPOA adalah partisipan mandiri, "Hak kami (AS) sebagai partisipan eksis secara mandiri dalam JCPOA," ungkapnya.

"Saya telah bekerja di resolusi Dewan Keamanan PBB bertahun-tahun," imbuh Brian Hook.

Negara Eropa lainnya kurang sepakat dengan pendekatan AS tersebut namun sedikit yang menolak hak AS itu secara eksplisit.

"Kami bermaksud mengatasi masalah ini dan berkonsultasi intens dengan seluruh anggota dewan yang masih menjadi partisipan dalam JCPOA dan pelaku kunci lainnya," ungkap Duta Besar Nicolas de Riviere soal batas waktu embargo senjata Iran.

"Akan tetapi, kami tidak akan mendukung permintaan sepihak yang mengarah pada kembalinya pemberlakuan sanksi. Mereka hanya akan memperdalam perpecahan di Dewan Keamanan dan seterusnya tidak akan mungkin memperbaiki situasi itu dengan alasan non-proliferasi nuklir."

Ada pun Dubes Jerman, Christopher Heusgen menyarankan bahwa pembatasan impor dan ekspor internasional terhadap Iran selain senjata mungkin mempunyai harapan untuk dapat dikompromi.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/01/115105870/dikecam-karena-masih-ingin-embargo-iran-as-trump-punya-hak-prerogatif

Terkini Lainnya

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke