Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wartawan Hong Kong Tolak Laporan soal Penembakan Jurnalis Indonesia Veby Mega Indah

Mimi Lau, yang bekerja untuk The South China Morning Post, mengatakan deskripsi Dewan Pengaduan Polisi Independen Hong Kong soal insiden penembakan terhadap Veby Mega "tidak akurat".

Melalui unggahan di Twitter, Jumat (15/5/2020), Mimi Lau mengatakan, "Veby bukan terkena 'sesuatu', ia terkena tembakan polisi."

Sebelumnya, Dewan Pengaduan Polisi Independen Hong Kong merilis laporan dengan menyebutkan bahwa "pengunjuk rasa dan wartawan tidak mengindahkan peringatan polisi ... tiba-tiba, seorang reporter Indonesia terkena sesuatu di mata kanannya dan jatuh ke tanah".

Namun laporan yang dikeluarkan itu tidak menjawab tuduhan pelanggaran yang dilakukan sejumlah polisi.

Laporan ini disusun untuk menilai kinerja polisi Hong Kong dalam menangani gelombang unjuk rasa, menyusul rencana pemerintah membolehkan warga Hong Kong diadili di Cina daratan pada Juni 2019.

Laporan dewan pengawas polisi menyebutkan secara umum tindakan polisi sudah sesuai prosedur, namun meminta polisi mengkaji ulang penggunaan gas air mata.

Dalam laporan itu, aksi demonstran dikecam, sementara "brutalitas polisi diabaikan".

Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, menyambut baik isi laporan, namun oposisi dan para pegiat HAM menggambarkannya sebagai "upaya menutupi kesalahan polisi".

Menurut laporan ini, "polisi Hong Kong meremehkan risiko serangan oleh kerumunan di kawasan Yuen Long pada 21 Juli dan gagal membantah rumor kerja sama dengan geng-geng penjahat".

Situasi ini, menurut laporan tersebut, menjadi "katalis" protes yang berkepanjangan. Laporan ini tidak menemukan bukti kerja sama antara polisi dan geng penjahat.

Hal lain yang diangkat adalah, polisi diminta melakukan kajian tentang definisi "kerusuhan", hukuman maksimal 10 tahun penjara, dan apakah intensitas tindakan yang diambil dalam menangani puluhan ribu pengunjuk rasa yang berkumpul di luar gedung dewan perwakilan pada 12 Juli tahun lalu, bisa dikurangi skalanya.

Pengunjuk rasa dan pegiat HAM mengatakan tindakan polisi berlebihan, sementara polisi mengatakan selama ini mereka telah menahan diri.

Demonstran dan sejumlah politisi mengkritik dewan pengawas polisi sebagai "lembaga yang tidak bergigi" dan mendesak agar penyelidikan dipimpin oleh hakim.

Panel pakar internasional mundur sebagai penasehat dari dewan pengawas, dengan alasan dewan tak punya kapasitas untuk melakukan investigasi secara semestinya.

Insiden penembakan versi wartawan

Mimi Lau mengatakan, dirinya dan sesama wartawan The South China Morning Post, Sarah Zheng, adalah saksi mata langsung insiden yang menimpa Veby Mega Indah dan berada hanya beberapa meter dari posisi Veby.

Mimi Lau mengatakan bahwa ketika itu "polisi tidak memerintahkan demonstran atau reporter untuk meninggalkan tempat". Juga, "tidak ada peringatan dari polisi sebelum penembakan".

Mimi Lau mengatakan, video menunjukkan "polisi mengangkat senjata dan mundur melalui tangga, kemudian pemrotes maju ke depan".

"Polisi mengeluarkan tembakan dan mengenai Veby. Ia jatuh ke tanah," kata Mimi Lau.

Polisi: "Tak sengaja"

Insiden penembakan terjadi pada 29 September 2019 ketika Veby melakukan Facebook live untuk media tempat ia bekerja, Suara Hong Kong News.

Pelaporan langsung melalui Facebook ini ia lakukan di jembatan penyeberangan di Wan Chai, yang terhubung dengan gedung Immigration Tower.

Tembakan dengan peluru karet ini menyebabkan mata kanan Veby Mega Indah kini tidak bisa melihat.

Dalam wawancara dengan The South China Morning Post pada Desember 2019, Veby mengatakan ia tadinya mengira tembakan ini akan mengakhiri hidupnya.

"Mereka menenangkan saya dan meminta saya untuk tidak tertidur," kata Veby.

Ia menuturkan setelah terkena tembakan dan tersungkur, ada tim pertolongan pertama pada kecelakaan yang membantu dirinya, termasuk meminta ia adar tetap tersadar.

Ia menjalani perawatan di rumah sakit dan dokter mengatakan mata kanannya tak bisa lagi difungsikan dan ia harus tergantung dengan mata kirinya.

Sehari setelah insiden, kepolisian Hong Kong menggelar keterangan pers dan mengatakan bahwa polisi bisa melihat ada wartawan di jembatan penyeberangan.

"Namun ada pula demonstran beringas yang menyerang polisi ... rekan-rekan polisi ketika itu tak punya pilihan [dan] menggunakan kekuatan untuk mengatasi keadaan," kata Tse Chun-chung, pejabat kepolisian Hong Kong.

"Saya yakin ia tidak menembak wartawan dengan sengaja," katanya.

Veby mengungkapkan insiden ini meninggalkan trauma, yang membuatnya kadang terbangun di malam hari.

Atas kejadian ini, Veby menggugat polisi Hong Kong, gugatan yang ia gambarkan sebagai "selain untuk menegakkan keadilan, juga demi para korban unjuk rasa di Hong Kong".

Ia juga mengatakan mestinya anggota polisi yang menembak dirinya ditindak.

Hong Kong dilanda gelombang unjuk rasa setelah pemerintah mengeluarkan rancangan aturan yang memungkinkan warga Hong Kong diadili di China daratan.

Aksi antipemerintah kemudian berkembang menjadi gerakan yang ditujukan untuk memastikan Hong Kong tetap menghormati prinsip-prinsip demokrasi.

Protes tahun lalu sering diwarnai kerusuhan dan lebih dari 8.000 pengunjuk rasa ditahan.

https://www.kompas.com/global/read/2020/05/16/102740070/wartawan-hong-kong-tolak-laporan-soal-penembakan-jurnalis-indonesia-veby

Terkini Lainnya

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke