Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ibu Ini Susui 20 Bayi yang Ditinggal Mati Ibu Mereka akibat Pembantaian di Kabul

KABUL, KOMPAS.com - Seorang ibu melakukan tindakan suka rela dengan menyusui 20 bayi yang baru ditinggal mati ibu mereka akibat pembantaian di rumah sakit Barchi, Kabul, Afghanistan Selasa lalu.

Tidak hanya para ibu yang baru melahirkan yang menjadi korban pembantaian. Namun juga bayi dan perawat rumah sakit. Total kematian akibat pembantaian itu sebanyak 24 jiwa.

Aksi pembantaian itu dilansir Daily Mail merupakan perbuatan anggota Negara Islam ISIS yang bersenjata.

Feroza Younis Omar, menyusui bayi-bayi yang ditinggal mati ibunya. Feroza sendiri memiliki seorang bayi berusia 14 bulan dan bekerja di kementerian perekonomian negara itu.

Bayi-bayi yang masih hidup dari aksi pembantaian itu dirawat di Rumah Sakit Ataturk, Kabul, Afghanistan. Feroza menyusui 20 bayi itu di sana.

Feroza berkata, "Kita semua telah dirusak oleh pelaku kriminal yang menghancurkan kemanusiaan di Afghanistan, saya salah satu korbannya."

Diketahui pada Selasa (12/5/2020) tiga pria bersenjata yang menyamar sebagai polisi membantai orang-orang di rumah sakit bersalin Barchi, di ibu kota Afghanistan pada pagi hari.

Sebelum menembak, mereka bahkan melemparkan granat. Ketiga penembak itu kemudian ditembak mati oleh aparat beberapa jam setelah pembantaian yang dilakukan mereka.

Tampak pasukan keamanan Afghanistan yang bersenjata lengkap sedang membawa bayi dari tempat kejadian, salah satu bayinya dibungkus selimut yang berlumuran darah.

Khadija, salah satu dari sedikit korban yang selamat dari pembantaian itu menceritakan bahwa dia terpaksa menunggu dan memeluk putranya yang baru lahir ketika tiga orang militan itu masuk dan menyerbu unit perawatan intensif (ICU) hanya beberapa jam setelah dia melahirkan.

Menurut Khadija, ruang ICU saat itu dipenuhi oleh asap dan peluru namun dia dan putranya selamat setelah bersembunyi di bawah meja.

Meski tidak ada grup mana pun yang mengklaim tanggung jawab atas pembantaian ini, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani menyalahkan baik Taliban mau pun ISIS dan memerintahkan pasukan militer untuk mengubah taktik dari 'pertahanan' ke 'ofensif' atau penyerangan.

Taliban kemudian menanggapi dengan memperingatkan bahwa mereka 'siap sepenuhnya' untuk melawan pasukan Afghanistan.

Setelah serangan itu, setidaknya dua puluh bayi yang baru lahir dibiarkan tanpa pengasuh dan dipindahkan ke Rumah Sakit Ataturk di Kabul.

Pada Rabu, keluarga dari sekitar 15 bayi, yang ibunya tewas terbunuh, sedang menunggu kabar tentang apa yang akan terjadi pada bayi-bayi itu sebagaimana dilansir New York Times.

Dokter kepala rumah sakit Jannat Gul Askarzada mengatakan kepada wartawan, "20 bayi telah dibawa ke Rumah Sakit Ataturk. Salah satunya dikirim ke rumah sakit kesehatan anak-anak untuk perawatan ortopedi."

Ketika berita itu menjadi berita utama di Afghanistan, banyak orang menggunakan Twitter untuk memuji Feroza Younis Omar atas usahanya dan sebuah tagar bertuliskan namanya menjadi viral.

Seorang pengguna Twitter bernama Masoom Musakhail dalam kicauannya mengatakan, "Itu adalah (tindakan) kemanusiaan (dengan) memberi makan bayi dari para Ibu yang mati syahid."

Sementara itu, akademisi senior di Carnegie Endowment, Karim Sadjadpour menyebut Feroza sebagai 'pahlawan sejati'.

Para ibu menyusui lainnya kini juga turut berpartisipasi karena teladan Feroza dan membantu keluarga yang menjadi korban dalam serangan itu.

Aziza Kermani, dari Kabul, mengatakan kepada media lokal, "Saya siap mengadopsi salah satu bayi yang kehilangan ibu mereka atau yang keluarganya tidak memiliki kemampuan finansial untuk membesarkan mereka."

Sementara itu, seorang warga lain di ibu kota Kabul yang menyebut dirinya bernama Fatima mengatakan kepada media lokal bahwa dia datang ke rumah sakit untuk membantu anak-anak.

https://www.kompas.com/global/read/2020/05/15/152142270/ibu-ini-susui-20-bayi-yang-ditinggal-mati-ibu-mereka-akibat-pembantaian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke