Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Virus Corona di Kepulauan Pasifik: Minim Kasus tapi Tidak Minim Dampak

Para pemerintah di tiap negara tidak menganggap remeh, dengan menyadari potensi bencana apabila wabah virus corona bertambah parah di sana.

"Kami harus bekerja dari posisi yang sudah dirugikan dibandingkan dengan sebagian besar negara."

"Perhatian utama dari sebagian besar kita adalah tidak memiliki kapasitas untuk menangani penyebaran yang besar, yang akan melumpuhkan sistem kesehatan negara," ungkap Dr Lynda Sirigoi pada Aljazeera.

Lynda adalah seorang dokter di ibu kota Papua Nugini, Port Moresby, dan presiden Asosiasi Dokter Wanita PNG.

Isolasi geografis bagi negara-negara berbentuk pulau seperti Kiribati, Tuvalu, dan Kepulauan Solomon, telah menjadi penghalang alami terhadap penularan penyakit.

Namun beda halnya dengan Papua Nugini, yang mengadopsi kebijakan pembatasan perjalanan seperti negara-negara lain di dunia.

Pada Januari Papua Nugini melarang masuk semua penerbangan dan pengunjung dari Asia, dan menutup perbatasan darat dengan Indonesia.

Pemerintah setempat juga berhenti mengeluarkan visa dan melaksanakan kewajiban pemeriksaan suhu tubuh untuk semua pendatang.

Upaya ini jauh dilakukan sebelum wabah virus corona diumumkan sebagai pandemi global oleh WHO pada 11 Maret.

Sampai sekarang Papua Nugini hanya mencatatkan 1 kasus, yaitu kunjungan seorang pekerja tambang dari Australia.

Selain larangan penerbangan, kapal pesiar juga dilarang masuk.

Larangan total pada penerbangan internasional telah diberlakukan sebagian besar negara-negara Kepulauan di Pasifik, termasuk Fiji dan Negara Federasi Mikronesia (FSM).

Kemudian kapal pesiar ditolak melintas di tujuan-tujuan populer seperti Kepulauan Cook dan Vanuatu.

Hampir semua kasis Covid-19 di wilayah ini dikaitkan dengan pengunjung mancanegara, atau penduduk yang kembali dari luar negeri.

Wilayah Kaledonia Baru, Polinesia Perancis, dan Guam yang berafiliasi dengan Amerika Serikat, adalah yang melaporkan sebagian besar kasus sejauh ini.

Di Guam ada 58 kasus dengan 2 korban meninggal, sedangkan Polinesia Perancis memiliki 37 kasus.

Sementara itu belum ada kasus dilaporkan di Vanuatu, Kepulauan Solomon, Tonga, Kepulauan Cook, Kiribati, Tuvalu, Niue, Nauru, Samoa, Palau, dan Mikronesia.

Sejumlah negara telah mengumumkan keadaan darurat dan mengendalikan pergerakan warganya

Fiji menghentikan semua layanan dari pusat populasi utama ke pulau-pulau terluar untuk mencegah penyebaran virus corona.

Papua Nugini telah menghentikan semua penerbangan domestik dan melarang orang bepergian di antara 22 provinsi.

Namun di Kepulauan Solomon, penduduk justru meninggalkan ibu kota Honiara.

"Apa yang kita alami adalah eksodus orang meninggalkan Honiara untuk kembali ke desa mereka."

"Honiara adalah risiko terbesar karena menjadi pintu masuk bagi orang yang mungkin membawa virus."

"Pemerintah telah mengumumkan bahwa jika warga tidak ada kegiatan apa pun di Honiara, sebaiknya mereka kembali ke desa," ungkap Josephine Teakani, presiden organisasi masyarakat sipil Vois Blong Mere di Honiara.

Kepulauan Solomon adalah negara dengan lebih dari 900 pulau di sebelah timur Australia.

Ada kekhawatiran besar virus akan menyebar dengan cepat ke kota-kota di negara kepulauan itu, seperti di Port Moresby dan Honiara.

Di sana sekitar 40 persen penduduk tinggal di permukiman padat dengan sanitasi yang buruk.

Social distancing juga sangat sulit diterapkan karena alasan budaya.

"Kami adalah orang-orang yang sangat komunal yang menikmati pertemuan besar dengan keluarga dan kerabat. Aturan social distancing ini sangat sulit (diterapkan)."

"Selain itu, banyak keluarga hidup bersama di bawah satu atap dengan tingkat kepadatan yang tinggi, jadi ini sudah menimbulkan risiko besar," ungkap Sirigoi.

Risiko penyakit tidak menular

Virus corona menyerang paru-paru dan sistem pernapasan, yang lebih berisiko tinggi terhadap orang-orang dengan persoalan kesehatan.

Persoalannya, Kepulauan Pasifik mencatatkan tingkat penyakit tidak menular tertinggi di dunia, seperti diabetes dan jantung.

Di Fiji misalnya, penyakit tidak menular adalah penyebab 84 persen kematian di sana.

Tuberkulosis (TB) juga menjadi beban. Di Papua Nugini rata-rata TB menyerang 432 orang per 100.000 penduduk.

Angka itu jauh lebih tinggi dari rata-rata dunia yakni 130 per 100.000 orang.

Sirigoi memperingatkan, virus corona mungkin akan menekan jumlah kasus TB tapi bakal menghasilkan angka kematian yang lebih tinggi.

Risiko ini diperburuk dengan layanan kesehatan nasional yang kekurangan sumber daya, baik SDM maupun fasilitas.

Ada kemungkinan mereka kewalahan setelah dilanda wabah campak pada November, yang menyebar dari Selandia Baru ke Samoa dan negara-negara Kepulauan Pasifik lainnya, yang menulari ribuan orang.

Dr Paula Vivili, direktur Divisi Kesehatan Publik di organisasi pengembangan regional Pacific Community di Noumea, Kaledonia Baru mengatakan, beberapa negara Kepulauan Pasifik hanya memiliki kurang dari 5 unit tempat tidur ICU.

Namun WHO kini telah bekerja dengan para pemerintah Kepulauan Pasifik untuk menyediakan pasokan medis, tim ahli, dan pelatihan kesehatan di kawasan itu.

Pengadaan ini menggandeng mitra-mitra kemanusiaan serta pembangunan termasuk Australia, Selandia Baru, dan badan-badan PBB.

Meski begitu, dampak virus corona sudah cukup terasa di perekonomian Kepulauan Pasifik.

Tanpa wisatawan, industri pariwisata mengalami penurunan besar.

Bisnis, rantai pasokan, ritel, dan layanan transportasi sudah terganggu.

Pasar makanan lokal telah ditutup, dan mengurangi perdagangan berarti pendapatan yang lebih rendah bagi pemerintah.

"Di Honiara banyak orang kehilangan pekerjaan (dan) bisnis ditutup saat ini. Banyak orang bergantung pada pekerjaan di pasar, tetapi sudah ditutup."

"Banyak keluarga sekarang tidak punya uang untuk beli makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Hal ini jelas sangat memengaruhi kehidupan mereka," terang Teakeni.

https://www.kompas.com/global/read/2020/04/04/162131470/virus-corona-di-kepulauan-pasifik-minim-kasus-tapi-tidak-minim-dampak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke