KABUL, KOMPAS.com - Kelompok ekstrem Taliban membunuh 20 orang perwira Afghanistan dalam rentetan serangan semalaman.
Peristiwa itu terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan dia telah melakukan obrolan bagus dengan pemimpin sayap politik pemberontak.
"Prajurit Taliban menyerang setidaknya pos-pos tentara Afghanistan terdepan di distrik Imam Sahib di Kunduz tadi malam. Sebanyak 10 orang tentara dan empat orang polisi tewas," ungkap Safiullah Amiri, salah seorang anggota dewan provinsi.
Pemberontak juga menyerang polisi di pusat provinsi Uruzgan tadi malam dengan juru bicara gubernur Zergai Ebadi memberitakan kepada AFP, "Enam orang polisi terbunuh dan tujuh orang luka-luka."
Padahal, kesepakatan damai antara AS dan Taliban baru saja ditandatangani di Doha, Qatar pada Sabtu (29/02/2020) lalu.
Kesepakatan ini tidak hanya mengakhiri invasi militer AS di Afghanistan tapi juga semestinya membawa kedamaian bagi warga Afghanistan itu sendiri.
Sejak AS menginvasi Afghanistan pada 11 September 2001, puluhan ribu korban jatuh. Kerugiannya bahkan mencapai dua triliun dollar AS (sekitar Rp 28,6 kuadriliun).
Kesepakatan damai AS-Taliban ditandai dengan jabat tangan antara Mullah Abdul Ghani Baradar selaku pemimpin Taliban, dan Zalmay Khalilzad yang merupakan utusan AS.
Draf perjanjian damai berisi empat butir penting di antaranya:
1. AS tarik mundur pasukannya secara bertahap
2. AS lepas tahanan pada 10 Maret
3. Sanksi AS kepada anggota Taliban akan dihapus
4. Taliban harus memenuhi kewajiban-kewajibannnya
https://www.kompas.com/global/read/2020/03/04/151729770/setelah-trump-telepon-taliban-bunuh-20-polisi-dan-tentara-afghanistan