Tepat dua tahun lalu, Yasinta resmi mendirikan Omnivour di sebuah ruko yang difungsikan menjadi dapur. Tempat ini dikenal dengan istilah ghost kitchen.
Pelanggan tidak bisa datang untuk menyantap sajian sehatnya, melainkan harus memesan lebih dulu melalui pesan maupun ojek online.
Yasinta pun mulai mengenalkan Omnivour pada teman dekatnya. Memberi sampel makan kepada mereka untuk mengetahui apa saja yang perlu ditingkatkan, baik dari segi bentuk maupun rasa.
Hal yang sama masih diterapkan sampai saat ini. Ia menuturkan, Omnivour dengan senang hati memberi sampel makanan sehat bagi calon pelanggannya yang masih ragu untuk membeli.
Saat itu, Yasinta mengirim makanannya ke Jakarta, Depok, dan Bekasi. Fasilitas berupa gratis ongkos kirim untuk pelanggan dengan radius maksimal delapan kilometer pun siap diberikan.
Pembukaan Omnivour disambut baik. Selain pesanan ulang dari para temannya, pelanggan online pun mulai bermunculan.
"Waktu pandemi saat itu, orang-orang ramai memesan pada pagi, siang hari pukul 11.00, dan ramai lagi pukul 16.00," jelasnya.
Konsep ghost kitchen memudahkan Yasinta saat menjalankan bisnis makanan pada pandemi Covid-19.
Kini, seiring membaiknya kondisi Indonesia, Omnivour sudah mulai melayani pembelian sendiri dengan take away atau self pick up.
"Cuma ghost kitchen memang kekurangannya terbatas. Harus promosi via media sosial, tidak bisa melayani pembelian tiba-tiba untuk makan di tempat," kata Yasinta.
Baca juga:
Sebelum meresmikan bisnis makanan sehat dan konsep ghost kitchen sedemikian rupa, ada alasan kuat yang meyakinkan Yasinta untuk memulai usahanya.
Ia bercerita, ada anggota keluarganya yang menderita diabetes dan berakhir meninggal dunia.
Yasinta yang kala itu mengidap maag dan obesitas, berpikir bahwa penyakit seharusnya tidak menghalangi diirnya untuk berkarya melalui pekerjaannya. Terlebih di usia muda.