Dalam naskah kuno yang sama, tercantum juga bahwa tempe tidak hanya menjadi makanan sehari-hari masyarakat saat itu. Namun juga jadi suguhan hajatan.
“Tokohnya ada Amongraga dan Tambangraras, saat mereka menikah suguhannya juga ada tempe,” jelas Murdijati pada Kompas.com.
Di balik sejarahnya sejak ribuan tahun lalu, ternyata dahulu tempe sempat jadi simbol kemiskinan.
Dahulu tempe adalah makanan yang murah dan diperuntukkan untuk masyarakat menengah ke bawah.
Pasalnya, kedelai yang jadi bahan baku tempe merupakan produksi pertanian dan harganya murah.
Namun berkat usaha para ahli meneliti manfaat tempe, pada akhirnya tempe diakui oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia bahkan bangsa lain di dunia.
Kini strata tempe sudah berubah. Kini tempe jadi makanan super dan juga oleh-oleh khas dari beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Baca juga: Filosofi Tempe, Simbol Keharmonisan Rumah Tangga Orang Jawa
Tempe juga lebih dari sekadar makanan bersejarah, karena tempe jadi simbol keharmonisan rumah tangga.
“Di suku Jawa terdapat kiasan yen atine becik, tempene apik jadi tempe itu hanya bisa dibuat oleh orang-orang yang hatinya itu bagus, perilakunya bagus," jelas Murdijati
"Artinya rumah tangganya harmonis dapat memelihara hubungan kekeluargaan rumah tangganya dengan baik,” lanjutnya.
Dahulu, pembuatan tempe dikerjakan bersama-sama antar anggota keluarga. Suami dan istri bekerja sama untuk membuat tempe.
Ada pekerjaan yang memang dikerjakan oleh kaum perempuan, dan ada yang dikerjakan laki-laki.
Menurut Murdijati, hal tersebut menyimbolkan kehidupan harmonis antar gender dalam kehidupan rumah tangga orang Jawa.