Bahkan, Ajeng sempat dipandang sebelah mata, karena pekerjaan masinis biasanya diisi oleh laki-laki.
"Komentar (negatif) ada. Banyak yang menganggap perempuan bisa apa. Dari situ kami bertiga berkomitmen bisa membuktikan, bisa ngasih contoh tugas masinis yang rata-rata diisi oleh laki-laki, tapi kami bisa," ungkap dia.
Kini, Ajeng dan dua temannya itu masih berstatus sebagai asisten masinis di Daop 6 Yogyakarta. Ketiganya sedang berjuang menempuh 2.000 jam bersama lokomotif untuk bisa naik tingkat menjadi masinis.
"Bangga jadi perwakilan wanita (dari total 135 masinis di Daop 6 Yogyakarta). Bangga banget, mungkin sebelumnya tidak ada masinis wanita untuk kereta non-listrik. Kalau kereta listrik kan sudah ada ya," jelas Ajeng.
Ajeng menyebut, rasa penasaran tinggi yang membuatnya untuk menjadi seorang masinis.
Tak lupa, pekerjaan sebagai masinis juga tidak menjenuhkan. Karena, bisa bekerja sambil keliling dari satu tempat ke tempat lainnya.
"Kereta api pertama yang saya jalankan itu Banyubiru arah Semarang. Perasaannya senang, karena belum pernah duduk di depan. Rasanya kayak ada tanggung jawab kepada banyak penumpang," tegas dia.
Baca juga: Siswa SMA/SMK Kelas 10-11 Bisa Daftar Universitas Prasetiya Mulya 2024
Meski senang menjadi masinis, tapi dia juga pernah merasakan ketegangan saat mobil menyerempet kereta api yang sedang dibawanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.