KOMPAS.com - Beberapa kali kapal pengungsi Rohingya terdampar di Aceh sepanjang tahun 2023.
Hal ini bukan pertama kali kapal pengungsi Rohingya terdampar di Aceh. Bahkan pengungsi Rohingya yang datang dari Myanmar pertama kali datang ke Indonesia pada 2012 silam.
Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (Unair) Dr. Baiq LS W Wardhani memberikan pendapatnya terkait pengungsi Rohingya yang terus berdatangan ke Indonesia.
Dia menjelaskan, awal mula kedatangan para etnis Rohingya di Bhurma, Myanmar, merupakan bawaan para tentara Inggris yang saat itu sedang menjajah tanah Myanmar.
Baca juga: Tambah 5, Unair Sudah Punya 355 Guru Besar
Dr. Baiq menyebut tujuan pemberontakan etnis Rohingya kepada pemerintah Myanmar untuk mendirikan suatu negara di tanah Arakan, Myanmar. Hal tersebut memicu kekhawatiran pemerintah Myanmar akan adanya gerakan separatis.
"Orang-orang Rohingya ini, harusnya mereka sebagai pendatang respect kepada orang Bhurma asli. Sebagian dari mereka itu berontak ke pemerintah Myanmar," papar Dr. Baiq seperti dikutip dari laman Unair, Sabtu (23/12/2023).
Belum lama ini, Wakil Presiden Indonesia mengusulkan para pengungsi untuk sementara waktu diungsikan ke salah satu pulau di Sumatera, yakni pulau Galang.
Menanggapi hal tersebut, Dr. Baiq merasa bahwa itu dapat dijadikan sebagai solusi yang membantu.
Baca juga: Mau Masuk Unair pada 2024? Berikut 5 Jurusan Kuliah Terketatnya
Karena, terkumpulnya para pengungsi pada satu titik akan memudahkan pemerintah untuk mengontrol pergerakan para pengungsi.
"Memang, saya kira itu solusi yang membantu. Cuma, apakah itu keputusan yang tepat? Saya kira perlu dikaji ulang. Kenapa kok dipilih pulau di Kepulauan Riau? Kenapa kok nggak di tempat lain? Apa alasannya?" tanya Dr. Baiq.
Hal itu mengingat bagaimana sebelumnya banyak beredar mengenai para pengungsi yang melanggar norma sosial yang berlaku di Aceh. Kejadian tersebut turut membuat resah masyarakat setempat.
Menurut Dr. Baiq, memberikan satu tempat kepada para pengungsi pun mengurangi risiko adanya konflik dengan warga lokal.
"Kalau mereka tidak ditampung ke tempat lain, itu akan sulit untuk kita. Mereka bisa macam-macam, bisa menimbulkan chaos dan menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat lokal," imbuh Dr. Baiq.
Kehadiran para pengungsi berisiko adanya kecemburuan sosial bagi masyarakat lokal.
Dr. Baiq mengungkapkan, masyarakat Indonesia tidak perlu cemburu dan membandingkan kondisi masyarakat lokal dengan para pengungsi.