Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UPN Jakarta: Generasi Muda Jangan Terbuai Janji Politisi di Pemilu 2024

Kompas.com - 24/12/2023, 20:38 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Politisi sering mengobral janji saat berkampanye untuk mencalonkan diri di lembaga eksekutif maupun legislatif, seperti yang akan terjadi saat Pemilu 2024.

Demi menarik suara sebanyak-banyaknya, mereka menjanjikan program-program ala negara kesejahteraan, di mana bermacam kebutuhan masyarakat dibiayai negara.

"Generasi muda harus mempertanyakan, apakah konsep kesejahteraan yang semua dibiayai oleh negara ini benar-benar bermanfaat," ucap Aktivis Students For Liberty dan mahasiswa UPN Veteran Jakarta, Raina Salsabila jadi pembicara dalam diskusi dan peluncuran buku Setelah Negara Kesejahteraan (2023) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Baca juga: 8 Perguruan Tinggi di Yogyakarta Inginkan Pemilu Jujur dan Adil

Jika segala kebutuhan masyarakat ditanggung oleh negara, Raina khawatir pemerintah akan berlebihan dalam mengintervensi kehidupan warganya.

"Pada akhirnya, itu berbahaya bagi demokrasi," ujar dia.

Dia menambahkan, program-program ala negara kesejahteraan yang dijanjikan para politisi di masa lalu dan kini diimplementasikan negara cukup membahayakan perekonomian Indonesia, karena mengeruk APBN dan mengandalkan utang.

Akibatnya, generasi muda dan generasi yang akan datang dibebani utang negara.

"Bayi baru lahir sudah punya utang. Saya sebagai usia 20 tahun, tiba-tiba sudah dihadapkan dengan berbagai tanggungan dan krisis," ungkap Raina.

Senada dengan Raina, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Imam Syadzili mengatakan program-program ala negara kesejahteraan merugikan generasi yang akan datang.

"Negara kesejahteraan ini digambarkan sebagai sebuah tragedy of the commons, orang saling berebut manfaatnya, namun enggan mengambil tanggung jawabnya," kata Imam yang juga jadi aktivis Forum Mahasiswa Ciputat.

Adapun yang merasakan tragedi ini, sebut dia, bukan hanya generasi sekarang, tetapi juga generasi yang akan datang.

Menurut Direktur Institut Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (INDEKS) Nanang Sunandar, Negara kesejahteraan (welfarestate) sering kali dinilai sebagai model ideal.

Ekonom pendukung negara kesejahteraan menganggap negara kesejahteraan berhasil mewujudkan kemakmuran yang lebih berkeadilan bagi masyarakatnya, terutama masyarakat miskin dan kurang beruntung. Mereka mencontohkan negara-negara Nordik seperti Finlandia, Swedia, dan Denmark.

"Para politisi pun pada saat masa kampanye, demi menarik suara sebanyak-banyaknya, menjanjikan beragam program-program populis yang mengandalkan pembiayaan negara. Misalnya, sarapan dan program gratis lainnya, subsidi harga barang-barang tertentu, segala macam program bantuan," ungkap Nanang.

Meski terdengar manis, menurut Nanang, janji-janji tersebut merugikan masyarakat sendiri, terutama generasi yang akan datang.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com