Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ade Yusriansyah
Karyawan BUMN

Pelaku Industri Perbankan dan Pasar Modal

Dana Pendidikan: Solusi Investasi Masa Depan

Kompas.com - 21/12/2023, 14:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAK hal menarik apabila kita membahas mengenai investasi untuk pendidikan. Realita pertama, masih sering terdengar perbincangan mahalnya biaya pendidikan di masyarakat setiap tahun ajaran baru.

Kondisi tersebut memaksa banyak orangtua berpikir ulang mengenai keberlanjutan pendidikan anaknya ke jenjang lebih tinggi.

Realitas kedua, masih banyak juga kita dengar paradigma yang menganggap biaya pendidikan anak bukan investasi.

Apakah benar biaya pendidikan di Indonesia mahal? Dilihat dari aspek inflasi, harus diakui inflasi biaya pendidikan di Indonesia relatif tinggi.

Data menunjukkan, rata-rata biaya pendidikan di Indonesia mengalami kenaikan 15 persen per tahunnya (Kompas.com, Januari 2023).

Lebih jauh, riset Kompas tahun 2018 (dikutip dari laman lifepal), juga menunjukkan inflasi rata-rata biaya pendidikan di enam perguruan tinggi per semester di Indonesia diproyeksikan meningkat 16,7 persen per tahunnya, dari Rp 16,8 juta tahun 2018 menjadi Rp 78,4 juta pada 2028.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh data BPS, terdapat kenaikan uang pangkal pendidikan di Indonesia rata-rata sebesar 10-15 persen per tahunnya.

Dari pengalaman penulis, inflasi biaya pendidikan memang terjadi. Hal ini terlihat dari perbedaan biaya kuliah per semester yang harus dibayarkan.

Pada 1996 (pada saat penulis memulai kuliah) masih sebesar Rp 220.000 per semester (salah satu universitas negeri di Sumatera), menjadi Rp 1,6 juta (biaya kuliah terendah) sampai Rp 6 juta (biaya kuliah tertinggi) untuk saat ini di jurusan dan universitas yang sama.

Hal ini menunjukkan terdapat inflasi biaya pendidikan antara 8,13 persen - 13,42 persen per tahun dalam rentang periode tersebut.

Mungkin yang harus menjadi perhatian, inflasi biaya pendidikan tersebut di atas rata-rata kenaikan penghasilan atau upah sebesar 5,51 persen per tahun (periode Agustus 2015-Agustus 2023) berdasarkan data BPS.

Cukup mengagetkan? Pastinya, kenapa? karena terdapat potensi gap yang cukup besar kisaran 5-10 persen per tahunnya yang harus kita cover.

Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi orangtua yang akan atau sedang menyiapkan biaya pendidikan untuk anak-anaknya.

Bayangkan, besarnya dana yang harus ditanggung per tahun dengan adanya gap tersebut untuk satu orang anak. Tentunya, kebutuhan dana akan semakin besar apabila kita membiayai tiga orang anak.

Sehingga kita ‘dipaksa’ menjadi lebih cermat dalam mempersiapkan masa depan putra-putri kita.

Salah satu solusi yang ditawarkan untuk menghadapi hal tersebut adalah menyiapkan dana pendidikan. Bagaimana cara menyiapkannya?

Pendidikan merupakan investasi, tentunya kita harus memahami mengenai tahapan dan strategi dalam berinvestasi kaitannya di proses persiapan dana pendidikan.

Pertama, tentukan tujuan dan jangka waktu (time line). Apakah kita berencana memberikan pendidikan anak sampai ke perguruan tinggi atau tidak?

Dengan ini, diharapkan kita dapat memperkirakan besaran dana yang dibutuhkan dan jangka waktu untuk sampai ke tujuan tersebut.

Dalam menghitung besaran dana yang dibutuhkan, jangan lupa memperhitungkan financial capacity kita.

Konsep yang sama dalam menghitung dana darurat, yaitu 50:30:20 juga dapat diaplikasikan dalam menyiapkan dana pendidikan.

Baca juga: Dana Darurat: Sedia Payung Sebelum Hujan

Sebesar 50 persen pendapatan digunakan untuk pengeluaran yang sifatnya rutin atau bulanan, 30 persen untuk keperluan kewajiban berupa cicilan atau angsuran perbankan, dan sisanya 20 persen dimasukkan dalam investasi.

Setelah itu, buatlah rencana keuangan dan investasi. Pada tahapan ini, kita perlu melihat sumber-sumber pendapatan yang nantinya akan digunakan membuat rencana investasi tersebut.

Jangan lupa, pertimbangkan juga faktor inflasi tahunan dan potensi gap antara inflasi biaya pendidikan dengan kenaikan rata-rata gaji/upah karyawan yang mencapai di angka 5-10 persen per tahunnya.

Kenapa ini penting? Karena ini akan membantu kita dalam melakukan pemilihan instrument investasi.

Untuk gap di kisaran 5-10 persen, mungkin investasi dalam bentuk obligasi atau reksadana berbasis pendapatan tetap dapat menjadi pilihan, tapi tentunya harus mempertimbangkan profil risiko dan tujuan keuangan kita.

Mungkin kita perlu melakukan muhasabah diri, apakah kita sudah memulai menyiapkan dana investasi untuk putra-putri di bidang pendidikan atau belum? Apakah kita sudah siap menghadapi tantangan berkaitan dengan pendidikan anak?

Apabila belum, maka sebaiknya kita jangan menunda lagi dan harus dilakukan sesegera mungkin mempersiapkan dana pendidikan.

Pendapat penulis, dana pendidikan merupakan hal wajib. Kenapa? Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam proses membesarkan putra-putri kita.

Ketersediaan biaya untuk pendidikan anak dapat menjadi jaminan bagi anak untuk tetap melanjutkan pendidikannya terlepas dari kondisi orangtua.

Selain itu, dengan menyisihkan dana untuk pendidikan anak, sebenarnya kita sedang berinvestasi untuk masa depan anak dan kita sendiri sebagai orangtua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com