Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2023, 19:04 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdenikbud Ristek) mengeklaim Asesmen Nasional (AN) merupakan asesmen pendidikan terbesar yang ada di dunia.

Itu karena, Asesmen Nasional diikuti oleh 6,5 juta murid pada 2022. Angka itu lebih besar dibanding asesmen Programme for International Student Assessment (PISA) yang hanya melibatkan 600.000 peserta.

Baca juga: Lebih dari 290.000 Sekolah Telah Gunakan Kurikulum Merdeka

"AN tahun ini 350.000 sekolah, 7 juta murid, dan 3,8 juta kepala sekolah dan guru," ucap Kepala BSKAP Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo di Jakarta, Minggu (17/9/2023).

Dia menegaskan, AN berbeda sekalian dengan Ujian Nasional yang hanya mengukur hasil pembelajaran.

Sedangkan AN menilai keberhasilan pendidikan berdasarkan kualitas yang meliputi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yakni literasi dan numerasi, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

"AN juga menjadi bahan evaluasi pemerintah daerah di bidang pendidikan," jelas dia.

Anindito mengatakan, apabila dulunya indikator kesuksesan pendidikan dipatok melalui angka putus sekolah, akses. hingga Angka Partisipasi Kasar (APK).

Kini, sudah bergeser menjadi AKM, kesenjangan antarsekolah hingga tingkat kenyamanan siswa belajar di sekolah.

Baca juga: Lulusan SMA/MA Bisa Daftar Akpol Berpangkat Ipda, Berikut Syaratnya

"Jadi yang diukur apakah murid memiliki literasi dan numerasi yang tinggi, apakah sekolah aman dari perundungan, atau apakah ada kesenjangan antara sekolah favorit," ujar pria yang akrab disapa Nino ini.

Nino menambahkan, pemahaman menjadi penekanan dalam AN. Hal ini dilakukan untuk mengasah daya bpikir kritis siswa.

"Bukan kontennya yang ingin kita ukur, tapi ketika dihadapkan pada sebuah bacaan, poster, posting di Instagram dan Twitter, itu dia (siswa) bisa tidak menyerap intisarinya dan mengartikan dengan tepat kemudian mengevaluasi," tutur dia.

Dia menambahkan, pemahaman dan evaluasi kritis itu bisa menjadi fondasi untuk semua siswa.

Baca juga: Kurikulum Merdeka Jadi Kurikulum Nasional di 2024

"Kalau 12 tahun tidak bisa itu, itu tragedi besar," tukas Nino.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com