Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ahmad M Ramli
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Universitas dengan Perolehan Paten Terbanyak

Kompas.com - 11/09/2023, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERINGKAT Universitas berdasarkan aplikasi dan perolehan paten adalah sisi lain reputasi perguruan tinggi. Hal ini sudah saya singgung pada tulisan saya sebelumnya “Proof of University Competence: Publikasi ilmiah, paten dan SDM Unggul” (Kompas.com, 8/9/2023)

Sebagaimana dilansir Departemen Riset Statista (9/6/2023), pada 2022, University of California, dinobatkan sebagai universitas dengan permohonan paten internasional terbanyak di seluruh dunia. Perguruan tinggi tersohor itu mengajukan 552 aplikasi paten.

Di peringkat selanjutnya, Universitas Zhejiang dan Universitas Suzhou, yang keduanya berlokasi di Tiongkok menduduki peringkat kedua dan ketiga.

Pemeringkatan universitas di bidang paten tahun 2022 tampak didominasi oleh universitas Amerika, Korea, dan China.

Di Asia dan Universitas negeri tetangga yang masuk peringkat ke 13 adalah National University of Singapore (NUS) dengan aplikasi paten sejumlah 138 pada 2022.

NUS akhir-akhir ini tampak sangat progresif, baik dalam pemeringkatan World Class University maupun pemeringkatan paten.

Strategi

The University of Central Florida (UCF) sebagai salah satu Universitas dengan perolehan patent granted (paten yang dikabulkan permohonannya oleh kantor paten) pada 2022 membagikan informasi yang penting untuk disimak.

Saya sengaja mengangkat UCF, karena universitas ini justru berprestasi dalam bentuk patent granted.

Pada periode 2022, UCF secara progresif berada pada peringkat 25 patent granted. Peringkat ini tentu berbeda dengan peringkat berdasarkan aplikasi paten, karena paten aplikasi yang dimohonkan masih ada kemungkinan ditolak oleh kantor paten jika tidak memenuhi syarat.

UCF juga secara terbuka mempublikasikan beberapa invensi patennya yang dapat dijadikan acuan.

Svetlana Shtrom Director of University of Central Florida (UCF) Office of Technology mengatakan bahwa tidak semua penemuan (hasil riset) dapat menghasilkan paten, “Agar suatu penemuan atau invensi dapat dipatenkan, penemuan tersebut harus diakui oleh Kantor Paten sebagai sesuatu yang baru, non-obvious, dan memiliki nilai guna".

Intinya perlu langkah strategis dalam memilih obyek invensi untuk diriset agar layak didaftarkan sebagai paten dan potensial diaplikasikan dalam industri komersial.

Karena paten identik dengan pembayaran biaya pemeliharaan paten, maka komersialisasi dalam arti dilisensikan kepada industri adalah kuncinya.

Profesor Shtrom lebih lanjut menjelaskan, keberhasilan dalam perolehan paten di institusinya, mencerminkan kedalaman penelitian universitas, dan komitmen para peneliti untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang mendesak.

Selain itu, institusi dan periset juga dituntut untuk sanggup mengidentifikasi metode yang paling efisien dan efektif, dan melampaui standar yang telah ditetapkan untuk menciptakan inovasi yang berdampak.

Invensi dan Novelty

Dalam rilis UCF Today 2023, dikemukakan beberapa contoh invensi hasil riset dari UCF yang berhasil memperoleh paten pada 2022.

Pertama, invensi Elektroda Interdigitasi Untuk Analisis Sel In vitro. Paten ini adalah hasil penelitian Profesor Swaminathan Rajaraman.

Penemuan alat baru ini digunakan untuk biosensing dengan menggunakan rekayasa nano, optik, dan teknik elektro untuk meningkatkan pengumpulan data, dan meningkatkan pengambilan keputusan.

Hal ini dilakukan selama pengembangan obat in vitro, analisis sel tunggal, studi organ dalam chip, dan pengujian toksisitas.

Nano-optik, atau plasmonik, dalam sensor, meningkatkan batas deteksi hingga beberapa kali lipat. Alat ini memungkinkan analisis listrik dan optik sel tunggal dan jaringan sel.

UCF menyatakan, pengujian farmasi terhadap senyawa obat sangat mahal, dan memakan waktu. Alat hasil paten ini, bersama dengan sel manusia, membantu menyingkirkan senyawa obat yang tidak efektif, dan mengembangkan senyawa obat yang menjanjikan, sehingga menghemat waktu dan dana.

Kedua, paten Visual-Tactile Virtual Telepresence. Paten ini dihasilkan melalui Riset oleh Profesor Greg Welch.

Ia menemukan sistem visual-taktil untuk interaksi sosial, dengan pasien yang terisolasi. Hal ini sangat bermanfaat, misalnya, untuk pasien COVID-19, yang dimungkinkan berinteraksi dengan keluarga atau teman sebagai pengunjung jarak jauh.

Temuan sistem ini, selain memungkinkan orang untuk berinteraksi secara visual satu sama lain, juga bisa memberikan persepsi disentuh kepada pasien yang terisolasi. Persepsi disentuh juga bisa dirasakan pengunjung.

Keluarga, mungkin dapat mengusap lengan atau kepala pasien. Realisasi sederhananya bisa mencakup “strip” transduser taktil, yang dipasang pada pasien dengan video dua arah, melalui tablet yang sensitif terhadap sentuhan.

Menyentuh gambar visual dari strip pada tablet akan menghasilkan sensasi sentuhan pada kulit pasien yang tengah terisolasi.

Ketiga, invensi baru UCF adalah, paten Kain dan Aplikasi Pengubah Warna. Teknologi ini ditemukan oleh Profesor Ayman Abouraddy. Uniknya penemuan ini terkait kain pengubah warna. Teknologi ini memungkinkan pengguna mengubah warna dan pola, sesuai permintaan.

Penerapannya, seseorang yang mengenakan kemeja dan celana panjang yang dibuat dengan teknologi UCF ChroMorphous® ini, dapat menggunakan ponsel cerdasnya, untuk mengubah warna dan pola, tanpa perlu ganti pakaian. Begitu pula dengan perubahan warna dompet atau ransel.

Berbeda dengan teknologi pengubah warna sebelumnya, penemuan UCF tidak bergantung pada panas tubuh pemakainya, suhu lingkungan ruangan, atau sinar matahari untuk bekerja.

Paten ini dapat digunakan untuk dunia medis. Di Rumah sakit misalnya, seorang pasien anak dapat mengubah warna dan pola tirai dan furniture sendiri, agar sesuai dengan kesukaan atau kepribadiannya.

UCF lebih lanjut menggambarkan, perawatan di rumah sakit bisa menjadi hal yang berat bagi siapa pun, terutama anak-anak. Dengan membiarkan mereka merasa lebih nyaman, dan dapat mengendalikan lingkungannya, dapat mengurangi stres di rumah sakit.

Perguruan tinggi kita

Perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia sudah harus lebih progresif memprioritaskan perolehan paten sebagai unsur keunggulan dan pengakuan reputasi dan konstribusinya.

Selain melakukan riset yang hasilnya bisa diterapkan dan dikomersialisasikan, hal penting juga adalah menumbuhkan iklim kreatif-inovatif-inventif bagi kalangan akademisi dan perisetnya.

Hal yang juga penting adalah mengirim sebanyak mungkin peneliti ke universitas kelas dunia dan lembaga riset dunia terkemuka penghasil paten, untuk belajar dan komparasi secara tepat sasaran untuk belajar dan mengupdate ketrampilan dan ilmunya.

Universitas dan Lembaga Penelitian, juga bisa bekerjasama dengan World Intellectual Property Organisation (WIPO), yang salah satu Deputy Director Generalnya Dr. Hasan Kleib yang berasal dari Indonesia.

WIPO dalam rilisnya menyatakan, bahwa Universitas dan Lembaga Penilitian publik adalah "factories of the knowledge economy". WIPO menyatakan, bahwa mereka siap memberikan saran, dukungan, dan sumber daya untuk membantu universitas dan lembaga penelitian di seluruh dunia.

Dukungan WIPO tentu dapat dimanfaatkan oleh kita, mengingat Indonesia adalah anggotanya (contracting State) WIPO.

Universitas dan lembaga penelitian, harus menjadi lokomotif invensi baru, menghasilkan paten, dan memanfaatkan kekayaan intelektual untuk mendukung kemajuan negeri ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com