Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Dokter Imel yang Tunanetra dan Dapat Beasiswa ke London

Kompas.com - 09/09/2023, 14:23 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

“Di sini saya ketemu teman-teman luar biasa, para penyandang disabilitas yang tidak umum. Karena kita sudah mau bergerak memulai sendiri,” ujar perempuan keturunan Jawa kelahiran Medan ini.

Baca juga: Ingin Kuliah Gratis? Cek 7 Beasiswa S2 Dalam Negeri Ini

Kegiatan sekolah dan belajar mengajar mulai berjalan pada tahun 2017. Apa yang dirintis Imel bersama rekan tunanetra menunjukkan perkembangan ketika pada tahun 2019, terbentuk Yayasan Dwituna Harapan Baru.

Dasar Imel yang ingin terus berkembang, ia tertarik untuk lebih mendalami bagaimana pendidikan bagi para Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Di sinilah Imel mulai berkeinginan untuk berkuliah lagi. Mengambil pendidikan yang relevan dengan dunia barunya ini.

Optimis mengejar mimpi, dapat beasiswa LPDP

Di tahun 2018 Imel sudah mulai mengikuti pelatihan bahasa Inggris di Bali untuk memperoleh beasiswa LPDP. Imel kemudian mendaftar LPDP di pertengahan tahun 2019 melalui Program Beasiswa Afirmasi untuk disabilitas.

Imel diterima di University College London dengan bidang Special and Inclusive Education pilihannya. 

Imel kuliah secara daring pada 2019 dan baru di awal tahun 2020 Imel berkesempatan terbang ke London. Namun, setibanya di sana terjadi pemberlakuan lockdown. Alhasil Imel masih melakukan perkuliahan daring.

“Jadi saya berangkat ke Inggris Januari 2021. Saya sampai di sana tanggal 3 Januari, tanggal 4 lockdown. Saya ketawa sama teman yang sama-sama berangkat kesana. Kita lolos,” kenangnya. 

Ia kemudian lulus tahun 2021 dan saat kembali ke Indonesia, ia menerapkan ilmunya di Yayasan Dwituna Harapan Baru.

Yayasan tersebut hadir untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki disabilitas ganda, khususnya bagi anak-anak dengan MDVI (Multiple Disability with Visual Impairment).

Semua murid di yayasan tersebut adalah anak-anak tunanetra dengan berbagai disabilitas tambahan.

“Fokusnya untuk sosialisasi kepada masyarakat tentang disabilitas itu apa, pendidikan inklusif itu apa, bagaimana masyarakat bisa menerapkan pendidikan inklusif,” terang Imel.

Baca juga: Komisi X DPR: KIP Kuliah Harus Diperbanyak bagi Mahasiswa Kurang Mampu

Kini, Sri Melati telah menemukan hidupnya kembali. Cahaya baru yang tak semua orang bisa memandangnya. "Now I can say that I have no regret for being blind. And I’m proud of myself, proud of what I’m doing now”, pungkas Sri Melati bangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com