“Hampir semua rujukan informasi kita berasal dari media sosial. Rata-rata anak muda kita 78 persen menghabiskan waktu lebih dari dua jam sehari untuk mengkonsumsi informasi media sosial dan ini menjadi tantangan yang membuat kita jauh dari buku,” ujar Najwa.
Menurutnya, setiap orang perlu mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang ada, tetapi jangan sampau dimanfaatkan oleh teknologi. Jika tidak, kebanyakkan orang akan sibuk dengan gawai dan abai terhadap keberadaan orang lain disekitarnya.
Ia mencontohkan, saat ini media sosial apapun bisa digunakan dengan mudah dan banyak orang yang hanya mengambil keuntungan. Misalnya, ada kecelakaan di jalan tetapi orang yang melintasi jalanan tersebut hanya sibuk foto dan memvideokan kejadian tersebut.
“Saya khawatir jika tidak cukup perhatian, tidak cukup juga punya empati. Saat mendengarkan teman curhat kita malah asik main smartphone sambil scroll instagram,” kata dia.
Najwa menuturkan dengan membaca buku termasuk fiksi bisa membuat kita menjadi lebih sabar dan tidak mudah menghakimi orang lain.
“Membaca melatih kita untuk berpikir tidak sepotong-sepotong karena hidup di media digital yang beritanya sepotong dan nanti ada sepotong berikutnya. Jadi, kita terbiasa membaca pendek-pendek tanpa suatu kesatuan yang utuh. Menurut saya, membaca melatih kita untuk sabar dan mengambil kesimpulan sampai habis membaca di halaman terakhir. Kita tidak cepat-cepat menghakimi orang karena kita akan sabar menunggu sampai selesai dan itu ciri pembaca,” tutupnya.
Baca juga: Makin Mendesak, Papua Darurat Literasi dan Pelestarian Bahasa Daerah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.