Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagal Kuliah di Jurusan Kedokteran, Rahmat Justru Dapat Beasiswa di AS

Kompas.com - 25/08/2023, 13:08 WIB
Dian Ihsan

Penulis

Di seleksi itu, Rahmat beruntung karena dinyatakan lulus pada salah satu universitas di China untuk program MBBS dengan beasiswa tuition fee dari pemerintah di sana.

MBBS adalah singkatan dari Bachelor of Medicine and Bachelor of Surgery. Program ini memberikan kualifikasi kedokteran umum dan bedah sekaligus pada akhir program.

Rahmat tentu senang. Namun, terbayang biaya transportasi dan ongkos hidup selama kuliah di China yang pasti mahal. Rahmat lalu mencari jalan agar tetap bisa mengambil kesempatan yang telah diberikan.

Meski jalan itu didapat, tapi Covid-19 merajalela, sehingga dia tetap tidak bisa berangkat. Apalagi, China saat itu menjadi pusat penyebaran Covid 19.

Jalan meraih mimpi menjadi seorang dokter kembali terjal. Rahmat sempat berpikir untuk menyerah dan kembali ke desa. Namun, orangtua dan saudara terus mendorong agar dia tetap kuliah.

Baca juga: 10 PTS Terbaik di Surabaya Versi Unirank 2023

Tahun 2021, Rahmat daftar kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang relatif masih baru.

Target lulus kuliah gapai IPK di atas 3,90

Kampus itu adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene yang baru beroperasi 4 tahun. Dengan jarak hanya 45 km, Rahmat memilih tinggal di rumah agar bisa menemani ayah dan ibu yang semakin menua.

Rahmat belajar di prodi Tadris Bahasa Inggris. Gagal menjadi dokter, dia ingin menjadi pendidik dan dapat mengembangkan bidang pendidikan di daerahnya.

Proses kuliah dijalani dengan serius, dengan target IPK harus di atas 3,90. Beragam organisasi dan ajang kompetisi juga diikuti.

Rahmat yakin, di mana pun belajar, kesempatan menjadi pribadi berkualitas tetap terbuka.

Selain aktif di kampus, Rahmat juga aktif sebagai volunteer guru mengaji di Rumah Quran Moloku yang letaknya tidak jauh dari kampus. Lembaga ini membina sekitar 100 santri untuk belajar membaca dan menghafal Al Quran.

Rahmat juga belajar berbisnis. Keterbatasan ekonomi menuntut dirinya untuk lebih kreatif agar bisa mendapat penghasilan tambahan.

Hobby membuat handcraft coba dikembangkan menjadi ladang bisnis dengan nama "AdeeraGift". Dia menyediakan jasa atau layanan membuat parsel, buket, mahar, dan handcraft lainnya.

"Alhamdulillah, usaha yang aku jalankan bisa membantu membiayai kebutuhanku dan mengurangi beban orangtua dan kakaku yang ada di desa. Karena di kampus, aku tidak mendapatkan beasiswa," sebut dia.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: 5 Kebiasaan Ini Picu Obesitas Secara Cepat

Lulus menggapai beasiswa kuliah di Amerika

Di tengah beragam aktivitas yang dijalani, termasuk menjadi volunteer di salah satu NGO, Rahmat mendapat informasi ada program beasiswa bernama MOSMA Kementerian Agama. Dia mendapat informasi ini dari dosennya di Prodi Tadris Bahasa Inggris.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com