Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Tanpa Tulisan

Kompas.com - 03/07/2023, 13:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seperti kita ketahui, gawai untuk sekolah sudah mulai dijadikan kebutuhan. Kehadiran gawai bukan hanya dianggap bisa memberikan keuntungan seperti tersimpannya ragam data untuk keperluan bersekolah dalam jumlah besar, namun tetap enteng dan ringan dibawa-bawa.

Ini membawa konsekuensi positif pada siswa, di mana mereka tidak perlu berat-berat menenteng barang bawaan untuk belajar.

Sebelumnya, siswa tingkat dasar saja (MI dan SD) banyak siswa membawa berbagai buku (cetak dan tulis) sebagai bahan ajar dengan berat antara dua sampai tiga kilogram per anak.

Tentu saja, pada masa mendatang, beban ini akan cukup menggangu pertumbuhan fisik siswa tersebut.

Berikutnya adalah kita sedang memasuki era yang disebut sebagai paperless atau hidup tanpa kertas.

Tentu saja era ini telah menghasilkan satu visi baru bahwa media pendukung pembelajaran tidak lagi harus berbasis kertas fisik, tetapi kertas digital, yang telah dimasukkan kedalam alat baca dan alat belajar dalam bentuk tablet atau laptop.

Proses pemanfaatan tablet atau laptop untuk pembelajaran ini jelas telah mengubah banyak hal. Salah satunya tradisi dan keterampilan menulis.

Keterampilan menulis yang dulu lazim dengan cara menggunakan pulpen (ballpoint) atau pena (pen) sekarang diubah menjadi keterampilan memencet tuts keyboard untuk menghasilkan huruf-huruf.

Dalam konteks menulis saat ini, aktivitas yang paling penting adalah memaknai pikiran-pikiran yang disampaikan dalam tulisan itu, sementara huruf-huruf tulisan itu sendiri sudah bisa ditransformasi dalam bentuk memencet tuts keyboard.

Lalu apakah dengan sendirinya budaya menulis itu masih diperlukan atau tidak? Tentu saja jawabannya sangat kondisional.

Misalnya, jika dikatakan bahwa budaya menulis masih diperlukan, kira-kira berapa banyakkah ruang yang masih tersedia untuk skill menulis pada era sekarang.

Apalagi era mendatang, karena sekarang menulis, menggambar, bercerita, dan banyak hal lain, sudah ada program atau aplikasi yang mempermudah hal tersebut.

Bahkan memencet tuts keyboard pun mungkin sudah semakin minimal. Sebab orang sudah bisa membuat narasi tulisan hanya dengan voice atau kata-kata yang didiktekan ke sebuah aplikasi yang langsung diubah ke dalam bentuk teks.

Begitupun ketika memecahkan kode, yang lazimnya ditunjukkan visualisasinya oleh para saintis, seperti teknik menurunkan suatu rumus dalam papan tulis besar seperti yang dilakukan oleh Einstein ketika menghasilkan teorinya. Kegiatan ini pun sudah bisa dibantu aplikasi artificial intelligence (AI).

Dengan demikian, maka bisa jadi kedepan kita tidak lagi, atau sudah akan mulai menemukan satu generasi yang tidak memiliki kemampuan yang baik dalam memainkan bolpoin dan pensil untuk membuat bentuk-bentuk huruf, dan kemudian merangkainya untuk menjadi kata dan kalimat.

Jikapun mengayungkan pensil, kuas, dan hal-hal lain yang seperti itu masih ada, mungkin hanya dilakukan oleh sebagian kecil saja, yang memang profesinya berkaitan dengan hal itu, seperti melukis dan membuat kaligrafi huruf.

Sebab, inti sebuah tulisan adalah adanya menyampaikan pesan. Jika pesan itu sudah bisa tetap ada (teksnya) dan mampu disampaikan kepada penerima pesan itu, maka memang ke depan, keterampilan membuat simbol-simbol huruf itu melalui tangan sendiri, menjadi tidak perlu lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com