Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Institut Riset Baterai Nasional Gelar Pelatihan untuk 8 Politeknik Negeri

Kompas.com - 13/03/2023, 17:59 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

Meski Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang sangat menunjang kelahiran industri baterai, namun sampai saat ini belum ada terlihat arah jelas untuk mewujudkan industri baterai tersebut.

Prof Evvy menyebutkan, mempunyai sumber daya alam berupa nikel yang besar belum tentu serta-merta menjadikan Indonesia dengan mudah bisa menjadi raja baterai di dunia.

“Nikel saja tidak cukup. Untuk membuat baterai masih dibutuhkan bahan-bahan lainnya seperti lithium,” jelas Prof Evvy.

Ia mengungkapkan saat ini, sumber lithium terbanyak di dunia diproduksi oleh Australia, Chili, Argentina, dan China. Padahal, di Indonesia sendiri sebetulnya mempunyai potensi untuk memproduksi lithium yang sumbernya amat banyak.

Problemnya, menurut Prof Evvy, Indonesia seperti tidak punya fokus dalam mengembangkan baterai.

“Jika saja fokus pengembangan itu ada, maka akan mendorong lebih banyak industri lain yang mendukung industri baterai,” ujarnya.

Untuk mewujudkan ambisi menjadi raja baterai dunia Prof Evvy menyebutkan Indonesia setidaknya harus menguasai tiga hal penting ini yakni sumber daya alam (SDA), penguasaan teknologi dan sektor downstream dan pasar.

“Penguasaan teknologi penting untuk mengolah nickel ore kadar rendah menjadi bahan baku baterai,” tegasnya.

Baca juga: Lulusan Politeknik Pelayaran Dituntut Tingkatkan Soft Skill

Selain Prof Kartini, pelatihan juga meghadirkan Martin Stottele (Ketua Tim dari Renewable Energy Skill Development (RESD) Project di bawah GFA Consulting Group) dan Albertus Susetyo Edi Prabowo (Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk Listrik, Energi Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral).

Selan itu pelatihan juga menghadirkan pembicara Beny Bandanadjaja (Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com