KOMPAS.com - Alumnus program Magister (S2) Jurusan Filologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) Haekal Rheza Afandi mengungkapkan bahwa peminat di bidang Bahasa dan Sastra memang sangat sedikit.
Haekal hanya memiliki 5 orang teman satu angkatan saat menempuh S2 Filologi di Universitas Indonesia.
Minimnya peminat di Jurusan Bahasa dan Sastra ini merupakan sebuah fakta yang tak bisa dipungkiri.
Padahal lulusan Jurusan Bahasa dan Sastra juga bisa memiliki prospek kerja yang luas setelah lulus. Haekal sendiri meski belum wisuda karena baru diadakan Maret 2023 ini namun sudah disibukkan dengan sejumlah pekerjaan.
Baca juga: Cerita Haekal, Kuliah S2 Filologi UI Satu Angkatan Hanya 6 Orang
Haekal mengatakan, biasanya orang tidak memilih Jurusan Bahasa dan Sastra karena Jurusan Bahasa dan Sastra dilihat tidak memiliki jenjang karier dan prospek kerja yang baik.
Namun sebenarnya, jika mengenal dan mengerti Jurusan Bahasa dan Sastra, jurusan ini tidak sejelek anggapan orang-orang.
Banyak sekali pekerjaan yang berhubungan dengan Bahasa dan Sastra. Hanya saja mereka tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut.
"Orang tidak memilih Jurusan Bahasa dan Sastra karena membandingkan jurusan lain yang mereka anggap memiliki potensi lebih tinggi dalam bidang pekerjaan. Seperti Jurusan Komunikasi, Manajemen, Ekonomi dan lain sebagainya," terang Hekal kepada Kompas.com.
Menurut Haekal, Bahasa dan Sastra adalah obyek kebudayaan dan obyek kebudayaan kebanyakan dikelola oleh negara. Selain itu sudah ada Undang-undang pemaju kebudayaan salah satu obyeknya bahasa dan karya sastra.
Namun Gen Z kurang suka bekerja menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan mereka lebih senang kerja di perusahaan startup. Padahal jarang pihak swasta yang fokus pada bidang kebudayaan.
Baca juga: 9 Jurusan Langka di Indonesia, Tertarik Daftar untuk SNPMB 2023?
Makanya jarang orang memilih Jurusan Bahasa dan Sastra karena lapangan pekerjaan yang paling jelas dan terlihat adalah bekerja di lingkungan pemerintah.
Karena sektor kebudayaan yang mengelola pemerintah, mau tidak mau orang yang menggambil jurusan bahasa dan sastra biasanya bekerja di lingkungan pemerintah.
"Jarang anak-anak zaman sekarang cita-cita jadi PNS dan lebih suka hidup bebas. Memang untuk mengambil jurusan ini butuh keberanian karena ya panggilan dari jiwa bukan semata mata hanya karena gengsi atau terlihat keren. Tapi ingin mempertahankan budaya yang sudah ada dan melestarikan kebudayaan dan ingin memajukan kebudayaan kita," papar Haekal.
Haekal menekankan, hati nurani berperan dalam pemilihan jurusan ini karena nantinya bekerja sebagai agen kebudayaan, penggerak dan pemaju sektor-sektor kebudayaan.
Namun sebenarnya mahasiswa yang memilih Jurusan Bahasa dan Sastra tidak hanya bisa bekerja di lingkungan pemerintahan. Ada pekerjaan-pekerjaan swasta yang membutuhkan sektor bahasa dan sastra, seperti: