Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahun-tahun Sepi Siswa, SMP di Lembang Ini Lakukan Transformasi

Kompas.com - 17/01/2023, 09:08 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - SMP Prawira yang berlokasi di Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat telah mengalami penurunan jumlah murid dari tahun ke tahun.

Penurunan tersebut salah satunya diakibatkan rendahnya kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan.

Bahkan, tak sedikit murid yang mengundurkan diri di tengah jalan akibat orangtua meminta mereka menikah muda. Sehingga harus putus sekolah.

Belum lagi, perjalanan dari rumah menuju ke SMP Prawira memang cukup menantang. Tidak ada angkutan umum, anak-anak harus jalan kaki di jalanan menanjak serta melewati hutan bambu.

Baca juga: Kisah Guru Nofri, Rela Tempuh 40 Jam Perjalanan demi Berbagi Ilmu

“Masalah di sini kompleks. Baik anak-anak maupun orangtua merasa sekolah tidak dibutuhkan. Pendaftar sedikit. Yang sudah jadi murid banyak yang sering bolos. Di tengah jalan banyak murid mengundurkan diri dan orang tua meminta mereka menikah muda,” jelas Rizqy Rahmat Hani, ketua Kampus Pemimpin Merdeka (KPM), sebuah lembaga pendidikan yang memutuskan untuk mulai mendampingi SMP Prawira sejak tahun 2021.

Rizqy juga mengungkapkan, banyak guru SMP Prawira yang mengambil sampingan mengajar di tempat lain karena statusnya tidak full time. Membuat tingkat turnover guru menjadi sangat tinggi.

Sehingga, lanjut dia, pembelajaran seringkali hanya dengan pemberian tugas saja.

Bangkit dengan pembelajaran yang berfokus pada murid

Dengan pendampingan selama setahun lebih, sekolah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Achmad Prawiradikusumah tersebut akhirnya berubah total.

Proses transformasi pembelajaran berlangsung, hingga terjadi peningkatan murid pendaftar pada masa tahun ajaran 2022/2023 mencapai 1,5 persen.

Baca juga: Beasiswa bagi Guru ke Jepang 2023, Uang Saku Rp 16 Juta Per Bulan

Guru SMP Prawira, Ade Fajar mengungkapkan, pendampingan yang dilakukan KPM membantu sekolah menyelesaikan masalah internal maupun eksternal.

Permasalahan internal seperti manajemen kepegawaian, terang dia, dibantu agar bisa efektif dan efisien.

Pembelajaran juga berubah. Banyak mentoring dari KPM yang diterima guru-guru SMP Prawira. Guru saat ini tidak lagi fokus ke pembelajaran yang mengejar ketuntasan materi, tapi peningkatan kompetensi,” jelasnya.

Pasca didampingi, guru-guru kini mendapatkan status full time sehingga bisa fokus mengajar murid di SMP tersebut. Komunikasi sekolah dengan yayasan juga mulai dibangun dengan baik.

Guru SMP Prawira juga mulai berdaya dengan ide-idenya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Misalnya, ide pembelajaran dengan berkebun. Ide ini tercetus karena banyak orangtua murid berprofesi sebagai petani perkebunan dan adanya lahan luas milik sekolah yang bisa dimanfaatkan.

Baca juga: Kisah Guru Asal Sumut, Menulis Banyak Buku hingga Jadi Idola Murid

Dalam pembelajaran berkebun, terang Ade, murid tidak hanya bertugas menanam dan menyiram tanaman.

Murid juga diajak untuk belajar mengamati lebih dalam, seperti mencari permasalahan yang ada di kebun hingga mencari solusinya.

“Salah satu yang dikembangkan KPM, bagaimana agar pembelajaran kontekstual. Memberdayakan sumber daya yang ada dan lebih bermanfaat untuk sekitar. Yang menjadi kelebihan kita adalah punya lahan luas dan banyak yang kosong. Kita juga ada guru yang paham kalau tanah di Lembang adalah tanah yang subur dan bisa ditanami apa saja,” jelas Ade.

Tidak hanya berkebun, setiap guru SMP Prawira didorong melakukan inovasi dalam pembelajaran. Inovasi tersebut didasari dengan karakteristik murid.

Sekolah yang bagus tidak hanya dilihat dari bagus tidaknya gedung atau banyaknya fasilitas, tapi bagaimana sekolah bisa memfasilitasi pengembangan potensi murid menjadi kompetensi,” tutur Ade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com