Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog UI: Lato-lato Timbulkan Emosi Positif untuk Anak-anak

Kompas.com - 16/01/2023, 20:27 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Lato-lato sedang banyak digandrungi oleh semua kalangan, baik anak-anak hingga dewasa.

Menurut Psikolog Klinis Anak yang juga merupakan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Efriyani Djuwita, permainan lato-lato mampu menimbulkan rasa penasaran dan memacu diri untuk menguasainya.

Baca juga: Psikolog UGM: Lato-lato Kurangi Ketergantungan Anak Main HP

Terlebih, jika orang-orang di sekitarnya banyak yang terampil memainkan lato-lato.

"Tren di masyarakat mengenai permainan ini, mampu menambah rasa penasaran dan ingin mencoba, sehingga pada akhirnya banyak kita jumpai anak-anak memainkan mainan ini di mana-mana," kata Efriyani dalam keterangannya, Senin (16/1/2023).

Lebih dari sekadar permainan, sebut dia, permainan lato-lato ini dapat menimbulkan emosi positif bagi seseorang, terlebih pada anak-anak, seperti emosi senang, karena merasa berhasil dan bangga karena mampu melakukannya.

Hal ini menjadi salah satu emosi positif yang mungkin dirasakan anak saat berhasil memainkan lato-lato.

"Karena permainan ini memang mengasah keterampilan motorik dan fisik, maka anak akan terlatih dalam aspek perkembangan tersebut. Dalam permainan ini, kontrol gerakan motorik tangan juga berperan, sehingga gerakan lato-latonya bisa berhasil," tegas dia.

Jika dilihat dari aspek sosial, kegiatan bermain ini sedang marak dimainkan oleh semua orang, maka bisa menjadi suatu media yang dapat membantu interaksi sosial anak, seperti dengan cara bermain bersama.

Selain itu, sense kompetisi juga dapat tumbuh pada anak.

Lanjut dia mengaku meskipun lato-lato merupakan permainan sederhana, tetapi perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan usia anak.

Untuk itu, diperlukan peran orang tua dalam mengedukasi dan mendampingi mereka saat bermain lato-lato.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah material mainan tersebut karena belum lama ini terdapat kasus anak yang harus dioperasi matanya akibat terkena pecahan lato-lato.

Pertama, sambung dia, tentunya menyeleksi dulu apakah alat permainan ini sesuai dan cocok untuk anak-anak.

Baca juga: Ikut SNBP 2023 di Unesa, Perhatikan 4 Hal ini

Kedua, ketika orangtua sudah tahu mana permainan yang aman dan cocok untuk anaknya, orangtua bisa memberikan contoh bagaimana memainkannya terlebih dahulu jika anak memang mengalami kesulitan memainkannya.

"Di sini, orangtua bisa menjadi play leader dan kemudian secara perlahan membiarkan anak melakukan trial and error dan bermain dengan caranya," tegas dia.

Orangtua juga bisa memberikan aturan kapan permainan ini bisa dimainkan dan di mana tempat yang aman dan cocok memainkannya.

Ketiga, orangtua bisa menjadi co-player, artinya orangtua bisa menjadi teman bermain anak.

Keempat, orangtua juga bisa memegang peran onlooker, yakni menjadi pengamat dan siap membantu jika anak memerlukan bantuan.

Hal ini juga berarti, jika anak sudah terampil bermain lato-lato, orang tua tetap harus mengawasi.

Di sisi lain, lato-lato juga turut berpengaruh pada aturan beberapa sekolah di Indonesia. Seperti, Dinas Pendidikan (Disdik) kabupaten Bandung Barat yang melarang siswa Sekolah Dasar (SD) membawa mainan lato-lato ke sekolah.

Baca juga: Ikut SNPMB 2023? Ini 7 PTN dengan Lulusan Cepat Dapat Kerja

Menanggapi tersebut, Efriyani menyampaikan aturan tersebut dilakukan sekolah karena beberapa hal, seperti menganggu jalannya kegiatan sekolah, menimbulkan risiko kecelakaan, dan lain sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com