KOMPAS.com - Tak ada yang menyangka kehidupan Lukman Hakim Dosen sekaligus Kepala Pusat Teknologi Informasi (PTI) UM Surabaya bisa berubah drastis.
Roda nasib berputar bagi pria asal Trenggalek Jawa Timur ini.
Di balik kisah suksesnya sekarang, rupanya Lukman adalah anak yang dibesarkan di panti asuhan selama 6 tahun.
Baca juga: Ikut SNBP 2023, Cek 10 Prodi Saintek dan Soshum Terketat SNMPTN 2022
Menurut keterangannya, sewaktu kecil ia diasuh oleh neneknya karena ibunya menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berpindah-pindah tempat di negara tetangga, selain itu saat kecil Ayahnya juga sudah sakit-sakitan.
“Dari kecil hingga SD saya tinggal sama Mbah, lulus dari SD saya pindah ke Panti Asuhan Muhammadiyah di Kediri selama 6 tahun. Di panti itulah saya ditempa dan bisa bersekolah, belajar mengaji secara gratis," ucap dia dikutip dari laman UM Surabaya, Selasa (10/1/2023).
Lukman menuturkan, dirinya bukan anak yang pandai di kelas, bahkan saat masih di SD hanya rangking 29.
Meski demikian Lukman adalah anak yang menyukai tantangan dan hal-hal baru kala itu.
Saat Lukman tinggal di Panti asuhan, Ayahnya meninggal dan hal tersebut membuat dirinya semakin kehilangan sosok figur di keluarga.
Kehilangan, keterbatasan serta kesulitan membuat dirinya semakin tangguh dan membuat dirinya harus lebih tekun belajar agar tidak tertinggal.
"Syukurlah waktu itu, setelah melewati banyak kejadian saya lebih fokus belajar dari SMP hingga SMK. Saya masuk 3 besar di kelas dan mulai saat itulah saya berani bermimpi besar," ujar Lukman saat mengenang.
Baca juga: 11 Program Beasiswa di UM Surabaya Tahun Akademik 2023-2024
Saat tinggal di Panti Asuhan, ia tidak hanya bersekolah dan mengaji, tapi juga dibekali keterampilan membuat paving untuk dijual.
Tak hanya itu, karenamembutuhkan tambahan uang untuk membeli jajan seperti anak pada umumnya, Lukman juga bekerja menjadi penyiar radio yang digaji 100 ribu tiap bulannya di kawasan panti hingga lulus SMK.
Saat lulus dari SMK, dia sempat pulang ke Trenggalek dan tinggal bersama neneknya.
Dia memiliki keinginan untuk berkuliah, tapi hal itu hanya sebatas angan-angan saja karena faktor biaya.
Namun setelah 2 bulan di rumah keberuntungan memihaknya, karena dia mendapatkan tawaran kuliah dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.