Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syafbrani ZA
Penulis dan Konsultan Publikasi

Penulis Buku diantaranya UN, The End..., Suara Guru Suara Tuhan, Bergiat pada Education Analyst Society (EDANS)

Cyber Bullying dan Minimnya Penguatan Hak Anak di Era Digital

Kompas.com - 18/12/2022, 09:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahkan, lebih dari itu, mereka juga bisa belajar dengan menjelajah ke berbagai daerah dan negara luar sekalipun. Semua bisa menjadi sumber ilmu sekaligus gurunya.

Nah, sebagai orangtua, tentunya kita berharap tingginya potensi mereka untuk lebih berprestasi di berbagai wilayah akademik akibat daya dorong teknologi tidak tersandung ‘hanya’ dengan sebuah serangan yang bernama cyber bullying.

Oleh karenanya, sejalan dengan upaya mendukung gerakan nasional RAN PIJAR yang dituangkan dalam Permenko PMK Nomor 1 Tahun 2022, sudah saatnya kita saling berkolaborasi untuk menguatkan hadirnya lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman bagi anak - walau di dunia maya sekalipun.

Untuk itu, perlu formulasi sehingga anak-anak bisa memperoleh hak-haknya. Minimal hak-hak dasarnya.

Ada dua hal sederhana yang perlu disadari secara bersama. Disadari untuk segera direalisasikan dalam kehidupan mereka.

Pertama, kesadaran dalam memandang bahwa setiap anak perlu mendapatkan perlindungan yang sama. Dengan pemahaman ini, kepedulian yang dibangun berbasiskan ‘anak kita,’ bukan hanya sekadar ‘anak saya’.

Dengan demikian, kesadaran untuk memberi rasa aman dan nyaman bisa dibangun secara kolektif. Tidak dibatasi oleh sekat-sekat keturunan atau kekeluargaan semata.

Meski kita sedang dipertontonkan fakta bahwa semangat kolaborasi sulit menyentuh para elite yang sedang bertarung meraih kekuasaan, tetapi semangat kolaboratif harus selalu dibangun oleh setiap keluarga di Indonesia. Kepentingannya jelas: anak kita harus menikmati hak-haknya.

Kedua, kesadaran untuk membangun kembali keteladanan. Bukankah anak-anak itu peniru ulung?

Usianya yang muda itu berbanding lurus dengan semangat keingintahuannya. Mereka akan menjadi peniru efektif. Meskipun kadar filternya masih sangat rendah.

Dengan daya tiru yang tinggi, mereka akan dengan cepat mengadopsi apa yang dilihat dan didengarkannya.

Pertanyaannya sederhana, dari manakah segala bentuk cyber bullying itu mereka pahami dan kemudian dilakukan?

Mengaku sajalah jika semua itu bersumber dari kita, yakni orang-orang dewasa yang terlalu egois dengan orientasi hidupnya.

Lupa bahwa anak-anak itu sedang menonton, memperhatikan, merekam, kemudian memainkan lakon persis seperti yang kita adegankan di berbagai platform digital. Termasuk melalui akun-akun media sosial itu.

Sekarang, saatnya untuk bergerak bersama. Bergegas untuk berbenah. Untuk memperkuat hak-hak anak di era yang katanya sedang berdigital ria ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com