Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/12/2022, 12:41 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber ITB

KOMPAS.com - Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rumah Amal Salman mendirikan shelter unik dari bambu. Shelter atau tenda itu didirikan bagi tempat pengungsian sementara korban gempa Cianjur Jawa Barat.

Adapun inovasi shelter dari bambu tersebut dirancang oleh desainer dan dosen SAPPK ITB, Dr.-ing. Andry Widyowijatnoko, S.T., M.T.

Dosen dari Prodi Arsitektur yang sudah lama dikenal sebagai seorang ahli struktur bambu tersebut membuat desain shelter bambu yang dapat dibangun dengan sangat cepat dan mampu menampung banyak orang.

Ternyata, pemilihan material bambu ini juga bukan tanpa alasan. Kemudahan akses, melimpahnya ketersediaan dan harganya yang murah adalah alasan kuat penggunaan bambu untuk shelter di Cianjur.

Baca juga: Limbah Tulang Ikan Lele Diteliti Tim ITB Jadi Alternatif Sumber Kalsium

Material semi permanen yang baik

Selain karena urusan logistik, kekuatan internal bambu sebagai material juga menjadi pertimbangan.

"Sejak dulu juga sudah sangat dikenal bahwa bambu merupakan material semi-permanen temporer yang amat baik," ujar Dr. Andry dkutip dari laman ITB, Jumat (2/12/2022).

Karena material dari bahan alami, maka shelter dibangun hanya butuh 5 jam saja, dari peletakan rangka pertama sampai siap diisi.

Rahasia dari cepatnya proses konstruksi ini adalah teknik pemasangan yang sederhana dan kekuatan struktur yang bergantung pada kekuatan bentuk yang menghasilkan ruang.

"Secara tradisional, masyarakat yang ada di sana sudah familier dengan bambu. Namun, menggabungkan teknik pasang mur-baut dengan bambu adalah hal baru buat mereka," terangnya.

"Untungnya, mereka juga mudah beradaptasi teknik ini dengan cepat dan ikut kontribusi dalam proses konstruksi," jelasnya.

Adapun inovasi shelter bambu berdasarkan pengalaman shelter gempa yang sudah dia kerjakan sebelumnya.

Baca juga: Dosen ITB: Metode Geolistik untuk Penanggulangan Krisis Air Bersih

Sebab, dia sudah memiliki model-model struktural yang siap pakai. Dia dan tim banyak mengambil dari kasus-kasus shelter gempa sebelumnya, seperti di Palu dan Lombok.

"Di Cianjur ini ternyata kekuatan angin yang berbeda daripada di Lombok maupun Palu. Sehingga harus ada adaptasi desain dari kami untuk dapat membangun struktur serupa," imbuhnya.

Keunggulan shelter bambu

Berdasarkan standar, ukuran shelter untuk korban bencana atau mitigasi bencana yang lazim adalah 5,5 m x 12 m dengan tinggi 3,25 m. Biasanya, tenda-tenda dari BNPB menggunakan penutup berupa terpal atau seng.

Material penutup ini mengalirkan panas dari matahari ke ruang di bawahnya secara langsung. Akibatnya, dengan ketinggian yang lebih minim, tentunya pengungsi akan menerima aliran panas tersebut.

Hanya saja, di shelter ini juga menggunakan material penutup yang sama. Namun, shelter ini mampu memberikan kenyamanan yang lebih bagi pengungsi.

Sebab, ketinggian minimum dari shelter ini mencapai 5 m, yang berarti paparan panas lebih tidak mengganggu ruang di bawahnya.

Hebatnya lagi, desain shelter karya dosen ITB dan timnya ini mampu mencapai bentang 8x12 m.

Baca juga: Mahasiswa ITB Inovasi Prototipe Penjernih Air

"Sebelumnya, desain shelter bambu ini mampu berdiri sampai 6 bulan. Laporan yang saya terima dari tim lapangan menyatakan warga di sana memang merasa lebih sejuk dan nyaman ketika berada di shelter bambu ini," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber ITB


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com