Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UB Sebut 3 Hal Ini Jadi Kunci Milik Bangunan Tahan Gempa Bumi

Kompas.com - 02/12/2022, 11:49 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Berada di wilayah lingkar gunung api serta dilingkupi berbagai patahan, membuat Indonesia rentan terhadap bencana alam, khususnya gempa bumi, yang banyak menelan korban, baik material, korban luka hingga meninggal dunia.

Kesiapan mitigasi terhadap gempa bumi harus diawali sedini mungkin, salah satunya dari persiapan bangunan tahan gempa.

Baca juga: 30 BUMN Buka Lowongan Kerja Lulusan Diploma, S1, dan S2, Ini Infonya

Menurut Dosen Universitas Brawijaya (UB) Teknik Sipil Ari Wibowo, bangunan tahan gempa bukanlah bangunan yang tidak rusak ketika terkena gempa.

"Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang bisa rusak saat gempa, tapi tidak boleh runtuh. Bangunan yang rusak dengan cara yang diinginkan sehingga dapat tetap berdiri meski tergena gempa, itu adalah konsep bangunan tahan gempa," ucap dia dalam keterangannya di laman UB, Jumat (2/12/2022).

Konsep bangunan ini, sebut Ari, sesuai panduan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ada tiga level.

Yakni, ketika terkena gempa kecil, bangunan tidak rusak. Ketika bangunan terkena gempa sedang, bangunan ini bisa rusak di struktur sekunder seperti dinding dan pelat, tapi struktur utama tidak boleh rusak.

"Dan ketika terkena gempa besar, struktur utama seperti balok dan kolom boleh rusak tapi tidak boleh runtuh," ucap pria yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Departemen Profesi Keinsinyuran, Fakultas Teknik UB.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Ungkap Alasan Ubah Mekanisme Seleksi Masuk PTN 2023

"Bangunan tahan gempa, bagi masyarakat umum, pada prinsipnya adalah sederhana dan ringan," tambah dia.

Bangunan sederhana adalah yang beraturan, seperti dengan denah yang berbentuk simetris seperti kotak, dan tersedianya kolom di tiap pertemuan dinding, kolom menerus sampai bawah.

"Kolom juga harus lebih kuat dibanding baloknya," jelas dia.

Hal ini agar kerusakan terjadi di balok, bukan di kolom. Inilah yang dimaksud dengan 'rusak dengan cara yang diinginkan'.

Bangunan juga harus ringan. Hal ini karena efek gempa pada struktur sebanding dengan berat bangunan.

Berat bangunan menjadi ringan dapat dilakukan, salah satunya dengan penggunaan bata ringan untuk dinding, penggunaan rangka baja ringan seperti galvalum untuk bangunan.

"Isi rumah juga harus dipertimbangkan, karena semakin ringan isi rumahnya, efek gempa bisa diminimalisir karena bangunannya ringan," ucap dia.

Kondisi tanah, jelas Ari, juga berpengaruh terhadap kekuatan gempa. Makin lunak tipe tanah, makin besar efek gempa ke bangunan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com