KOMPAS.com - Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali merupakan bangunan yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo sebagai tempat santap siang para pemimpin perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 Indonesia.
Bamboo Dome sendiri merupakan mahakarya kolaborasi Elwin Mok selaku visual creative consultant KTT G20, Rubi Roesli desainer Bamboo Dome, dan Ashar Saputra yang merupakan seorang pakar bambu dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ashar dikenal sebagai peneliti yang giat mengkaji bambu. Awal keseriusannya meneliti bambu terjadi pada 2008. Kala itu ia bekerja sama dalam pembangunan sekolah alam internasional yang seluruh bangunannya menggunakan bambu di Bali.
Baca juga: 5 Beasiswa S2-S3 Tanpa Batas Usia 2023, Kuliah Gratis dan Uang Saku
Dari awal kerja sama tersebut ia kenal dengan para penggiat bambu. Sampai saat ini Ashar telah bekerja sama dengan penggiat bambu untuk membuat bangunan bambu, tak hanya di Indonesia, namun juga di beberapa negara seperti Belgia, Cina, dan India.
Dalam pembuatan Bamboo Dome, Ashar sendiri tidak pernah menyangka akan dilibatkan dalam proyek ini.
Awalnya, dia ditawarkan oleh teman penggiat bambu dari Bali dalam dalam pembuatan lokasi jamuan makan para pemimpin dan delegasi G20 tersebut. Hal ini menjadi salah satu tantangan karena waktu yang dimiliki relatif singkat untuk menyiapkan lokasi yang estetik dan aman.
“Para penggiat, perajin bambu disediakan tiga minggu untuk menyelesaikan Bamboo Dome. Ini menuntut kerja sama yang intens antara arsitek, perajin bambu, dan saya untuk memastikan keamanannya sehingga harus dikawal dengan cukup ketat karena pekerjaannya cukup banyak dan harus zero tolerance terkait keamanan struktur bangunan,” papar Ashar yang merupakan Dosen Departemen Teknik Sipil FT UGM tersebut.
Baca juga: Kemendikbud Tambah Kuota Beasiswa PMDSU, Cetak Doktor Muda Indonesia
Ide pembuatan bangunan dengan bahan utama bambu ini adalah mencari sesuatu yang unik. Bambu dipilih karena memiliki keunikan sebagai bahan yang mudah dibentuk melengkung karena sifatnya yang lentur dan elastis. Disamping itu, bangunan bambu juga dikenal kuat atau tahan terhadap guncangan gempa.
Baca juga: 3 Beasiswa S2-S3 Beri Kuliah Gratis dan Tunjangan Keluarga, Tertarik?
“Idenya dari para desainer itu adalah di mana di saat dunia itu senang memilih yang artifisial, justru Bali masih memiliki yang original. Bambu jadi pilihan karena sudah menjadi keseharian masyarakat Bali,”ujarnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.