Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dahlan Iskan Akui Terapi Stem Cell Milik Unair Sama Seperti di Jerman

Kompas.com - 09/11/2022, 17:57 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sidang Terbuka kembali digelar dalam memperingati Dies Natalis ke-68 Universitas Airlangga (Unair) pada hari Rabu (9/11/22).

Prof. Dr. (HC) Dahlan Iskan hadir langsung dan menjadi orator pembuka dalam gelaran Dies Natalis Unair.

Baca juga: Ini Jadwal Libur Sekolah Akhir 2022 untuk Siswa SD-SMA, Catat Ya!

Dahlan mengawali orasi dengan menceritakan pengalamannya menjalani terapi stem cell di Unair.

Dahlan mengaku sangat percaya dengan peneliti-peneliti berbakat asal Unair, terbukti dari 12 kali terapi stem cell yang dilakukannya di Unair.

Dia mengaku, terapi stem cell yang dilakukannya di Unair memiliki metode yang sama dengan yang dilakukan di Jerman.

Setelah menjalani terapi tersebut, Dahlan juga menyambut antusias vaksin Merah Putih buatan Unair.

"Saat itu saya ingin menjadi relawan vaksin. Namun sayangnya saya sudah menjalani vaksin dosis ke-3," kata dia dalam keterangannya lewat laman Unair, Rabu (9/11/2022).

Perguruan tinggi dorong perekonomian

Dahlan memaparkan, sebanyak 150 juta masyarakat yang tidak lagi miskin menjadikan Indonesia berpotensi maju.

"Siapapun presidennya, siapapun partai atau pihak manapun yang berkuasa, jika masing-masing memiliki daya dorong untuk tidak lagi miskin, maka sekaligus dapat mendorong Indonesia maju," kata Dahlan.

Melalui observasi yang dilakukannya, Dahlan menemukan sebagian masyarakat miskin berada di pedesaan, pinggir kota, tengah kota, dan pantai.

Baca juga: 20 Perguruan Tinggi Terbaik Indonesia Versi QS AUR 2023

Di sinilah peran perguruan tinggi diperlukan untuk terus berinovasi demi mendorong perekonomian.

"Misalnya dari fakultas kedokteran hewan untuk memberikan inovasi pada peternakan kecil atau menengah, atau fakultas perikanan pada nelayan yang nantinya akan berimbas pada perekonomian individu, dan akhirnya perekonomian bangsa," jelas dia.

Dahlan percaya, generasi-generasi penerus harus mendapatkan pola pikir yang berbeda dari generasi lama.

Baca juga: 5 Negara Paling Bahagia dan Rekomendasi Beasiswa untuk S1-S3

"Menurut saya, yang termiskin harus dipotong generasi. Jangan sampai anak-anak mereka tertular kemiskinan seperti itu, karena cara berpikirnya tertular orangtuanya," tukas pria yang sempat jadi Menteri BUMN itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com