Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mahasiswa UM Surabaya Lulus Kuliah 3,5 Tahun dan IPK 4.00

Kompas.com - 30/10/2022, 16:33 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mungkin buat beberapa orang mustahil kuliah hanya 3,5 tahun dan lulus dengan  IPK 4,0. Namun Dwi Nurcahyati mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya bisa mendapatkan hal itu.

Bahkan ia terpilih menjadi wisudawan terbaik di UM Surabaya. Perempuan yang akrab di sapa Dwi ini memang terkenal suka menjuarai beragam kompetisi.

Mengambil Program Studi (Prodi) PG PAUD, mahasiswa asli Bali ini pernah menyabet juara 3 membuat permainan edukatif (SAPERE AUD).

Lalu 2 kali juara tari kreasi tradisional yang diselenggarakan UAD Yogyakarta dan Umsida secara berkelompok. Kemudian juara 3 APE yang diselenggarakan Universitas PGRI Madiun.

“Ketika mengetahui IPK saya 4 dan menjadi yang terbaik jujur saya kaget. Ini tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,” tutur Dwi dilansir dari laman UM Surabaya.

Baca juga: Usia 19 Tahun Jadi Dokter dan S2 di Harvard, Ini Cerita Alumnus Unair

Dwi merupakan mahasiswa penerima beasiswa unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang mendapatkan fasilitas pendidikan secara gratis mulai dari biaya pendidikan, biaya hidup dan biaya buku.

Dwi mengaku bahwa dirinya setelah lulus SMA tidak langsung melanjutkan studi karena persoalan biaya. Ia mengajar di TK Aisyiyah Denpasar selama 2 tahun.

“Setelah lulus ini sudah saatnya kembali dan mengabdi. Saatnya mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh di UM Surabaya,” kata Dwi.

Lalu bagaimana caranya mendapatkan IPK 4,0 dalam waktu 3,5 tahun?

Gadis kelahiran 1997 tersebut membagikan sejumlah tips belajar yang biasanya ia lakukan sehingga mengantarkan dirinya meraih IPK sempurna 4,0.

Baca juga: Ini 5 Beasiswa ke Luar Negeri IPK di Bawah 3,00

Selain aktif dan dekat dengan dosen, Dwi mengaku bahwa dirinya selalu berpikir yang tidak pernah terpikirkan orang lain.

“Karena jurusan saya PAUD, kebetulan saya sangat suka membuat inovasi pembelajaran untuk anak-anak mungkin itu salah satunya,” tutur Dwi.

Kemudian yang sering ia lakukan adalah disiplin belajar khususnya mempelajari sesuatu hal yang baru.

Termasuk jangan menunda-nunda tugas yang diberikan, sering bertanya ketika dosen membuka sesi tanya jawab dan aktif menjawab berbagai pertanyaan yang diberikan oleh dosen.

Baca juga: 5 Website buat Belajar TOEFL Gratis, Cek Linknya

“Bertanyalah segala sesuatu apa yang tidak diketahui, artinya bukan bertanya untuk mencari perhatian,” kata Dwi.

Tips yang lain, bagilah waktu antara kegiatan akademik, organisasi lomba serta kegiatan lain yang mampu mengembangkan skill.

Saat mengikuti organisasi, Dwi mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Wakil Ketua Hima PAUD.

Di tengah padatnya aktivitas kuliah, Dwi juga masih menyempatkan jualan online sebagai tabungan tambahan dan sempat berjualan es krim. Namun berjualan es krim tidak bertahan lama karena menyita kefokusannya selama berkuliah.

Dalam menyelesaikan tugas akhir Dwi mengambil judul “Pengaruh Pembelajaran Home Care Terhadap Daya Pikir Kelompok B pada Masa Pandemi Covid-19 di TK Aisyiyah Busthanul Athfal 3 Denpasar Barat”.

Baca juga: Di G20, Anak-anak Empat Benua Suarakan Aksi Nyata Atasi Krisis Iklim

Dwi mengatakan, memikirkan IPK saat kuliah itu baik. Namun yang penting bagaimana mahasiswa itu mau menerima, mengamalkan, dan meresapi ilmu yang didapat dengan baik. "Janganlah mengejar angka, namun kejarlah ilmu, karena ilmu pasti kekal," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com