Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Etilen Glikol Diduga Picu Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Pakar Unpad

Kompas.com - 24/10/2022, 11:15 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Cemaran zat kimia etilen glikol (EG) pada obat sirup diduga menjadi penyebab gangguan gagal ginjal akut yang baru-baru ini menyerang anak-anak. Seberapa bahayakah etilen glikol?

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. apt. Muchtaridi, PhD, menjelaskan, dietilen glikol dan etilen glikol merupakan senyawa pelarut organik dengan rasa manis yang kerap disalahgunakan untuk pelarut obat.

Kelarutan dan rasa manisnya kerap disalahgunakan untuk mengganti propilen glikol atau polietiken glikol.

“Masalahnya, dietilen glikol dan etilen mengalami oksidasi oleh enzim,” kata Prof. Muchtaridi dikutip dari laman Universitas Padjadjaran.

Baca juga: BPOM: 30 Obat Sirup Laporan Kemenkes Aman, Tidak Mengandung Etilen Glikol

Pembentukan batu ginjal hingga pengaruhi jantung

Ia menjelaskan, ketika masuk ke tubuh, dietilen glikol dan etilen glikol mengalami oksidasi oleh enzim sehingga menjadi glikol aldehid kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat dan kemudian membentuk lagi menjadi asam oksalat.

Asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu ginjal.

Lebih lanjut Prof. Muchtaridi memaparkan, asam oksalat jika sudah mengkristal akan berbentuk seperti jarum tajam.

“Asam oksalat kelarutannya kecil, kalau ketemu kalsium akan terbetuk garam yang sukar larut air dan larinya akan ke organ seperti empedu dan ginjal. Jika lari ke ginjal akan jadi batu ginjal. Kristalnya tajam akan mencederai ginjal,” jelasnya.

Jika kondisi ini terjadi pada anak-anak yang notabene memiliki ukuran ginjal lebih kecil, maka dampak yang ditimbulkan akan parah.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 ke Jepang 2023: Kuliah Gratis, Tunjangan Rp 15 Juta Per Bulan

"Tidak hanya memapar di ginjal, efeknya juga bisa lari ke jantung dan juga bisa memicu kematian yang cepat," ungkapnya.

Guru Besar Unpad Prof. apt. MuchtaridiDok. Unpad/ Dadan Triawan Guru Besar Unpad Prof. apt. Muchtaridi

Karena efek sampingnya yang berbahaya, terang dia, dietilen glikol dan etilen glikol sebenarnya sudah dilarang ketat penggunaannya dalam obat oleh Food and Drugs Administration (FDA) sejak 1938.

Pada 1998, India mencatat ada kasus sedikitnya 150 anak meninggal dengan penyakit yang sama dalam lima tahun terakhir. Setelah diinvestigasi, 26 kasus dinyatakan positif karena dietilen glikol yang terkandung dalam obat flu.

Ia mengungkap, oknum produsen farmasi “nakal” masih menggunakan dua senyawa ini karena mudah diproduksi dan murah dibandingkan pelarut-pelarut lainnya.

Bagaimana di Indonesia?


Prof. Muchtaridi mengatakan, kematian akibat gagal ginjal akut misterius di Indonesia masih perlu ditelusuri lebih lanjut apakah karena dua senyawa tersebut atau bukan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ini menyatakan bahwa obat yang menyebabkan kematian di Gambia tidak terdaftar di Indonesia.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa parasetamol merupakan analgesik paling aman untuk demam.

Baca juga: Intip Pembelajaran Aktif di Jambi, Siswa: Senang Belajar karena Asyik

“Ada analgesik lain, contohnya ibuprofen. Ketika demamnya tinggi dan terindikasi demam berdarah di mana sel darahnya terganggu, minum ibuprofen justru akan memperparah. Yang paling aman justru parasetamol,” paparnya.

Bagi masyarakat yang ingin menghindari dahulu penggunaan parasetamol sirup, Prof. Muchtaridi menyarankan untuk mengonsumsi parasetamol berbentuk tablet.

Selain itu, penggunaan puyer dinilai lebih manjur untuk dikonsumsi anak-anak.

“Kalau anak-anak susah makan puyer, bisa dicampur dengan air yang bisa diperoleh di apotek. Itu kalau masih takut akan parasetamol sirup,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com