Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Santri 2022, Santri Harus Siap Berpolitik dan Bernegara

Kompas.com - 22/10/2022, 11:43 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap tanggal 22 Oktober, seluruh santri di Indonesia memperingati Hari Santri Nasional (HSN). Hari santri 2022, bisa dimaknai dengan momen mengenang kembali masa-masa antrean panjang saat mandi, murajaah kitab dan berbagai aktivitas lainnya saat di pondok.

Namun sebagai santri juga harus mengenang satu momen penting dimana pada tanggal tersebut, banyak santri dan ulama berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Sejarah TNI dan Pergantian Nama Sebanyak 3 Kali

Alumni Ponpes Ruhul Islam Aceh Besar Muhammad Nasril, mengatakan peringatan Hari Santri 2022 harus lebih istimewa dari sebelumnya dan tidak lagi sebatas pada upacara peringatan seremonial semata.

"Harus menjadi momen kebangkitan para santri, menjadi pelopor dalam berbagai dimensi kehidupan, terutama dalam menata umat serta menjadi motivasi dalam berkiprah di negeri ini," ujarnya dikutip dari laman Kemenag.

Dia menyebut, kiprah santri bisa dilakukan saat menjelang tahun 2024 atau tepatnya saat Pemilu. Santri bisa berkiprah menjadi kontestan atau peserta pada Pemilu maupun menjadi penyejuk di tengah masyarakat.

"Santri memiliki kapasitas untuk itu, perjuangan dan kiprah santri, nasionalismenya sudah terbukti sejak dulu," tambahnya.

Penghulu muda Kantor Urusan Agama (KUA) Kota Malaka ini mengatakan kehadiran para santri sangat dirindukan untuk mengabdi kepada ibu pertiwi.

Baca juga: Sejarah Bulan Bahasa dan Sastra, Mengapa Dirayakan Setiap Oktober?

Wujud pengabdian itu tentu melalui pikiran, energi, untuk mewujudkan kemaslahatan umum. Serta menjaga keutuhan dan persatuan umat di tengah situasi saat ini apalagi menjelang tahun 2024.

"Senada dengan tema HSN tahun ini Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan, santri pasti bisa menjadi penggerak dan pionir perdamaian yang menerangi dan penyejuk di tengah masyarakat, menjadi duta moderasi dalam membawa pemahaman agama dan menjadi contoh dalam berpolitik," jelas Nasril.

Nasril menyebut santri tidak hanya muncul sebagai kaum intelektual, tapi juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan.

Santri juga memiliki kemampuan dan skill yang dapat berkembang dan berguna untuk masyarakat. Karena itu seorang santri bisa ikut mengambil peran serta posisi penting dan strategis.

"Tidak hanya sebagai guru agama di pondok pesantren, khatib dan majelis taklim, akan tetapi santri telah mengepak sayapnya ke berbagai stakeholder pemerintahan, BUMN, maupun swasta," ujarnya.

Nasril mencontohkan sosok santri yang memiliki peran strategis bagi Indonesia. Misalnya, KH Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur yang menjadi Presiden ke-4 RI.

Lalu ada sosok Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin dan juga ada menjadi menteri, gubernur, bupati, camat, lurah, dan jabatan lainnya

Begitu juga di Aceh, dia mengatakan santri hadir di berbagai posisi pemerintahan
Tidak hanya di Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU).

Namun, sejumlah santri menjadi pimpinan di sebagian kabupaten/kota dan juga legislatif.

Menurut dia, berpolitik dan berdakwah adalah sama-sama pentingnya bagi seorang santri.

"Sejarah politik Islam memberikan pelajaran kepada kita, ketika Nabi wafat persoalan yang pertama muncul adalah persoalan politis, yakni soal pengangkatan wakil pemimpin negara Madinah pasca-Nabi," kata Nasril.

Baca juga: Profil 10 Pahlawan Revolusi yang Gugur pada Peristiwa G-30-S

Dia mengatakan, hal tersebut bisa menjadi bukti jika seorang santri tidak alergi dengan politik (siyasah).

Karena Islam sangat menekankan pentingnya siyasah dalam mengatur segenap urusan umat, dan urusan dunia harus diatur seindah mungkin sehingga manusia bisa mengabdi kepada Allah secara lebih sempurna.

Beberapa ulama, kata Nasril, menyebutkan jika tujuan politik adalah "Iqamatud din (hirasatud din) wa siyasatud dunya". Artinya, menegakkan din dan mengatur urusan dunia.

Maka dari itu, dia mengatakan santri jangan hanya berpengetahuan tentang agama saja. Melainkan juga bisa berpolitik, mengerti ekonomi, melek hukum serta teknologi dan lainnya.

Kehadiran santri dalam berbagai wadah diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan bisa mewarnai perpolitikan dan kekuasaan ke arah lebih baik.

Meski seorang santri bisa menerapkan politik santun dan memikirkan kemaslahatan umat, tidak sebaliknya, santri diwarnai dengan oleh sisi gelap perpolitikan.

"Para kiai berpesan untuk santri tetap merasa santri, agar tak berhenti berbakti. Tetap merasa santri, agar tak tinggi hati. Tetap merasa santri, agar semangat membangun negeri dan tetaplah merasa santri, agar peduli," tambahnya.

Sebab, sejak dulu seorang santri dikenal sebagai sosok sederhana, mandiri dan tangguh, rela berjuang, meninggalkan kampung halamannya untuk memperdalam ilmu agama ke pondok pesantren dan kembali mengabdi ke daerahnya.

Maka dari itu, sifat tersebut seharusnya santri bisa menjadi benteng di tengah arus deras perubahan dunia.

Ke depan, akan ada banyak serangan pemikiran yang menghancurkan nilai-nilai Islam.

Maka dari itu, seorang santri yang menyadari potensi dirinya dan tetap menjaga sikap bisa berperan ekstra dalam melakukan ekspansi nilai ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca juga: Sejarah Hari Guru Nasional, Jejaknya Dimulai sejak Tahun 1912

Apalagi masyarakat juga menaruh harapan kepada santri untuk memberikan nuansa religius dan santun dalam berbagai kegiatan perpolitikan.

Untuk itu, dia berharap santri bisa senantiasa menebarkan kedamaian, kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun. Senantiasa memberi pencerahan bagi umat manusia sesuai dengan kedudukannya yang memahami agama dengan baik.

"Mulai saat ini, santri harus mampu mewarnai berbagai sisi di negara tercinta, berjuang merealisasikan kemaslahatan bagi umat manusia dan paling penting santri tidak alergi politik," pungkasnya dalam opini terkait Hari Santri 2022.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com