Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Putri Buruh Jahit Lulus Kuliah dari UNY dengan IPK Cumlaude

Kompas.com - 29/06/2022, 19:17 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Raut muka Agus Siswanto dan Mimin Jeminten terharu, karena putri bungsunya bernama Hesti Wulandari lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan IPK 3,87 predikat cumlaude.

Bayangkan orangtua Hesti berprofesi sebagi buruh jahit. Hesti merupakan mahasiswa dari Prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNY.

Baca juga: Kisah Celline, Lulus Sarjana Kedokteran Unair pada Usia 19 Tahun

Agus Siswanto berkisah, anak bungsunya sejak masih duduk di bangku SMK sudah dipersiapkan untuk studi lanjut dengan diikutsertakan les mata pelajaran.

"Awalnya anak saya ingin masuk ke STAN bagian pajak seperti kesukaannya, namun karena bukan rezekinya maka tidak diterima," ucap dia melansir laman UNY, Rabu (29/6/2022).

Akhirnya atas saran dari istrinya, Hesti mendaftar lewat jalur SBMPTN di UNY. Pada akhirnya diterima di UNY.

Pada awalnya tentu biaya kuliah menjadi kerisauan orangtunya.

Namun dengan adanya beasiswa KIP Kuliah dari Kemendikbud Ristek, keluarga ini merasa tertolong.

Hesti Wulandari mengatakan, informasi KIP Kuliah didapatkan dari para gurunya.

Alumni SMKN 7 Purworejo itu mencari sendiri informasi tentang beasiswa ini.

Pasalnya, mayoritas alumni sekolahnya memilih bekerja dan jarang yang menempuh studi lanjut ke bangku kuliah.

Hesti mengurus sendiri surat-surat yang diperlukan hingga memperoleh akses beasiswa KIP Kuliah.

Gadis kelahiran tahun 2002 ini memilih pendidikan akuntansi UNY sebagai pilihan yang pertama.

Kemudian Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Universitas Tidar (Untidar), Magelang.

Menurut Mimin Jeminten, dia memilihkan putri bungsunya di pendidikan akuntansi, karena anaknya menyerahkan pada ibunya untuk memilihkan jurusan dalam SBMPTN.

Baca juga: 96 Persen Lulusan MAN Ini Masuk PTN dan PTKIN

"Dalam bayangan saya pendidikan akuntansi akan menjadi guru di SMK, di mana mengajarkannya relatif lebih mudah karena siswanya sudah dewasa. Berbeda dengan mengajar sekolah di bawahnya seperti SMP atau SD," tutur dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com