KOMPAS.com - Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) dan PT Ajinomoto Indonesia (Ajinomoto) menggelar kampanya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui program "School Lunch Program" (SLP) dengan target sekolah dan juga pesantren.
Salah satunya melalui webinar yang digelar oleh Ajinomoto dan IPB bekerja sama dengan Kementerian Agama, diadakan pada 20 Juni 2022 dan diikuti 60 perwakilan pondok pesantren di wilayah Jawa Barat.
"Sebagaimana yang kita tahu, santri sebagian besar berasal dari desa-dari kampung dan kalau kita berbicara tentang masalah pemenuhan gizi, mungkin ada yang tidak terpenuhi," ungkap Basnan Said, Kasubdit Pendidikan Ponpes Kemenag.
Oleh karenanya, Basnan memberikan apresiasi atas program yang digelar oleh kalangan akademisi maupun industri sebagai upaya edukasi dan peningkatan langsung konsumsi gizi di pesantren.
"Berdasarkan pengamatan kami pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengalami banyak kemajuan, namun dalam hal pangan, gizi, dan kesehatan, masih belum mendapatkan perhatian yang proporsional," ujar Rimbawan.
"Pada umumnya siswa-siswii mondok di pesantren, oleh karena itu kami menilai jika kondisi pangan, gizi dan kesehatannya baik, akan sangat berdampak pada peningkatan capaian pembelajarannya,” tambahnya.
RImbawan juga menyampaikan, IPB bersama Ajinomoto telah menyusun buku panduan SLP bagi pesantren yang diharapkan mampu menjadi pengetahuan dasar dan panduan bagi guru atau pengasuh pesantren terkait gizi.
Baca juga: Cegah Stunting pada Anak, Sarapan Penuhi 30 Persen Kebutuhan Gizi
"Kami menyusun panduan SLP menjadi tiga buku. Buku pertama berisikan modul edukasi gizi di pesantren yang bermanfaat untuk membekali tenaga pengajar pengetahuan dasar tentang gizi dan kesehatan untuk anak dan remaja," ujarnya.
"Buku kedua berisikan modul penyediaan makan bergizi seimbang di pesantren, buku kedua ini bermanfaat bagi pengelola dan tim penyedia makan pesantren. Buku ketiga berisikan kumpulan resep dan pilihan aplikasi menu lezat bergizi seimbang,” tambah Rimbawan.
"Setelah kami menyediakan menu yang tinggi kandungan zat besi seperti rendang hati ayam, dan menu sayur yang dimasak dengan mudah serta nikmat menggunakan produk kami, santri mulai makan lebih banyak," ungkap Grant Senjaya.
Hasilnya, program ini berhasil mengurangi 8 persen kejadian anemia di kalangan santri Pondok Pesantren Pertanian Darul Falah Bogor dan 20,9 persen di Pondok Pesantren Darussalam Bogor.
"Berangkat dari kisah sukses ini, kami ingin terus kontribusi untuk mengatasi masalah gizi anak di Indonesia. Melalui sosialisasi SLP ini, kami ingin lebih banyak lagi pesantren yang melaksanakan program ini," tambahnya.
Baca juga: 26 Pondok Pesantren Ditingkatkan Kualitas Kewirausahaan
Selanjutnya, Ajinomoto bersama Tim SLP dari Institut Pertanian Bogor (IPB) akan melakukan observasi dan seleksi untuk memilih 12 pondok pesantren yang sekiranya memenuhi semua persyaratan untuk mengimplementasikan SLP di pondok pesantren masing-masing.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.