Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Sampah Organik, Mahasiswa UI Kembangkan Energi Baru Terbarukan

Kompas.com - 31/05/2022, 15:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Demi mengurangi penggunaan energi fosil, banyak ilmuwan dan pakar teknologi terus berupaya mencari solusi alternatif sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) ramah lingkungan.

Bukan tanpa alasan, penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan berbagai masalah global yang memengaruhi kelangsungan hidup manusia, baik dari segi ketahanan energi maupun keamanan ekosistem.

Efek gas rumah kaca yang dihasilkan dari peningkatan emisi gas hasil pembakaran (polutan) memberikan dampak nyata bagi lingkungan. Hal ini tentunya turut memengaruhi kualitas udara. Selain itu, energi fosil memiliki keterbatasan cadangan dan tak bisa diperbaharui.

Baca juga: Kemendikbud Luncurkan Beasiswa Indonesia Maju, Kuliah Gratis S1-S2

Memahami fakta tersebut, tim mahasiswa Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) angkatan 2018, yang terdiri dari Ermita Rizki Umaya, Balqis Jihaan Nabila Budi, Margaretta Elsa Damayanti, Nalia Atalla Ramadhieni, dan Syahira Andini, tergerak menghasilkan sebuah inovasi energi baru dan terbarukan berbasis sampah organik dari tanaman selada air (Pistia stratiotes).

Di bawah bimbingan Saifudin, tim menuangkan ide gagasan berjudul Utilization of Pistia stratiotes L. Biogas As Renewable Energy Source ke dalam sebuah paper ilmiah yang turut disajikan dalam bentuk poster dan video dengan konten visual yang menarik dan mudah dipahami publik.

Saifudin mengatakan bahwa pendekatan alternatif berupa energi terbarukan dapat menjadi solusi, salah satunya dengan menggunakan biogas dari biomassa tanaman, seperti Pistia stratiotes.

Kandungan hemiselulosa P. stratiotes berperan sebagai substrat dalam proses fermentasi, sehingga menghasilkan gas metana (CH4), yang diketahui merupakan komponen utama biogas. Sejak 1980 hingga sekarang, menurutnya, penelitian terkait produksi biogas menggunakan P. stratiotes telah mengalami berbagai perkembangan terkait potensi serta metode produksinya.

Baca juga: Dicari 15.000 Mahasiswa untuk Ikut Kampus Mengajar 4 Kemendikbud

Namun, penelitian memiliki kesenjangan informasi (information gap) terkait metode terbaik, serta pengaplikasiannya di lanskap masyarakat.

“Penelitian yang kami lakukan ini berupa review studi-studi terdahulu dan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang cukup untuk aplikasi P. stratiotes dalam produksi biogas di skala besar,” ujar Saifudin.

Dosen dengan kepakaran botani tersebut menjelaskan, pembentukan biogas dengan P. stratiotes sebagai bahan dasar diawali dengan pre-treatment untuk menghilangkan pengotor.

Selanjutnya, dilakukan proses anaerobic digestion yang merupakan serangkaian proses fermentasi. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai variasi metode, yakni batch, continuous, photofermentation, separate hydrolysis and fermentation (SHF), dan semi-batch.

Proses-proses tersebut akan menghasilkan produk utama biogas, yakni gas metana (CH4), karbon dioksida (CO2), dan produk sampingan lainnya.

“Di antara kelima metode tersebut, tim menyimpulkan bahwa semi-batch lah yang merupakan metode paling baik dalam menghasilkan biogas untuk aplikasi skala besar. Selain aplikatif, kami menilai metode semi-batch dapat memenuhi nilai keekonomian sehingga tidak membebankan masyarakat jika nanti gas yang diproduksi sudah siap didistribusikan,” ujarnya.

Baca juga: BCA Buka Magang Bakti 1 Tahun Lulusan SMA-SMK dan D1-S1, Segera Daftar

Gagasan cemerlang tersebut kemudian diperkenalkan pada ajang internasional “Paper Competition MARS9” yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Inovasi tersebut mengantar tim ini melangkah ke babak final dengan keputusan pemenang yang telah ditentukan pada 20 Mei 2022 lalu. Pada babak final, Tim FMIPA UI berhasil meraih penghargaan sebagai Best Poster.

“Setelah lolos dari dua tahap sebelumnya, yaitu seleksi abstrak dan full paper, tim berhasil masuk ke tahap final dengan konten penilaian berupa pembuatan poster dan video. Adapun salah satu kriteria pemilihan pemenang adalah berupa jumlah like dan komen poster di sosial media (melalui akun instagram panitia @mars9official), hasil final memutuskan tim kami meraih penghargaan Best Poster atau Poster Terbaik,” kata Saifudin.

Dekan FMIPA UI Dede Djuhana, mengaku bangga dan menyampaikan apresiasi. Ia berharap inovasi tim FMIPA UI dapat dikembangkan guna mendukung program pemerintah dalam menjaga ketahanan dan keberlanjutan energi di Indonesia, sehingga kemandirian dan ketahanan energi nasional dapat terwujud.

“Pencapaian dan kerja keras tim FMIPA UI tentunya patut diapresiasi. Inovasi tim membuktikan bahwa sejumlah energi alternatif nyatanya sangat dekat dengan kehidupan manusia. Namun, inovasi ini perlu terus dikembanglan agar pemanfaatan sumber energi berkelanjutan ini berjalan maksimal, dan menjadi sumbangsih dalam membantu pemerintah memenuhi target nasional untuk mempercepat transisi energi rendah karbon,” ujar Dekan Dede.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com