Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dosen UNS Jalani Ramadhan di Amerika Serikat

Kompas.com - 15/04/2022, 17:54 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Bulan Ramadhan merupakan momentum yang sangat didambakan umat Islam. Warga muslim di Indonesia selalu menyambut Ramadhan dengan semarak.

Namun, bagaimana Ramadhan di luar Tanah Air? Dosen Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS), Muhammad Taufiq Al Makmun membagikan pengalamannya menjalani Ramadan di Amerika Serikat.

Baca juga: 73.944 Siswa Lolos SPAN PTKIN 2022, Cek di Sini Pengumumannya

Saat ini Taufiq sedang menyelesaikan pendidikan PhD di Bowling Green State University (BGSU), Ohio, Amerika Serikat.

Karena itulah, dia menjalani Ramadhan kali ini di negeri Paman Sam. Dia menceritakan pengalamannya berpuasa di Amerika Serikat.

Taufiq mengatakan bahwa jumlah muslim di Amerika meningkat dari waktu ke waktu.

Peningkatan jumlah masyarakat muslim di Amerika Serikat ini berdampak pada meningkatnya jumlah masjid di sana.

Berdasarkan data yang dipaparkan, pada 2020 tercatat sebanyak 2.769 masjid di seluruh Amerika.

Hal ini sangat menguntungkan masyarakat muslim terutama para perantau yang tinggal di Amerika Serikat.

Dosen kelahiran Klaten ini mengatakan dirinya termasuk salah seorang yang merasa diuntungkan.

Dia bercerita, pusat Islam di daerahnya terletak di Perrysburg. Di sana terdapat masjid yang disemarakkan dengan berbagai kegiatan islami.

Tak terkendala menjalankan ibadah di kampus

Taufiq mengaku beruntung menempuh pendidikannya di BGSU, karena mereka cukup memfasilitasi para mahasiswa muslim.

Baca juga: 5 Tips Puasa bagi Penderita Diabetes dari Pakar Unair

Meski menjadi minoritas, mahasiswa muslim di BGSU mendapat beberapa fasilitas khusus di antaranya musala dan diizinkan salat berjamaah lima waktu di kampus.

"Kami mahasiswa muslim tidak terkendala dalam melaksanakan ibadah keagamaan di kampus maupun dalam kehidupan sosial," ungkap dia.

Saat Ramadhan seperti ini pun, kampus sangat membuka diri.

Salah satu buktinya, yakni kampus mengucapkan selamat menjalankan Ramadhan kepada mahasiswa muslim di media sosial kampus.

Komunitas muslim di BGSU juga melaksanakan berbagai ibadah bersama seperti salat tarawih berjamaah dan kajian sehabis salat subuh.

Selain itu, mereka juga sering berbuka bersama dengan membawa bekal masing-masing.

"Ya meskipun demikian saya tetap nggak bisa menemukan kolak di pinggir jalan kalau di sini," jelas Taufiq.

Dosen yang merampungkan pendidikan masternya di Universiteit Utrecht, Belanda ini menjelaskan dirinya berpuasa selama 15 jam di sana.

Meskipun lebih lama daripada berpuasa di Indonesia, Taufiq mengatakan bahwa cuaca di sana sangat mendukung untuk berpuasa.

Baca juga: Apakah Shalat Tarawih Bisa di Metaverse? Ini Kata Guru Besar Unair

"Saya sangat bersyukur karena bulan ini masuk musim semi jadi tidak sesulit saat musim panas. Temperatur di sini di bawah 10 derajat Celsius. Satu minggu sebelum Ramadan juga turun salju di sini, jadi udaranya pas," kata Taufiq.

Menyerukan islam damai di Amerika Serikat selama Ramadhan

Meskipun jumlah masyarakat muslim di Amerika meningkat, banyak warga yang masih belum paham tentang Islam.

Selain itu, masyarakat Amerika juga masih trauma dengan serangan 11 September 2001 yang dilangsungkan teroris.

Untuk mengatasi hal tersebut, komunitas muslim di Amerika berusaha untuk menyerukan Islam damai.

Berbagai hal dilakukan seperti membuka stand Islam di kampus BGSU. Komunitas muslim di BGSU membuat selebaran yang menjelaskan tentang Islam.

Selebaran tersebut kemudian dibagikan kepada pengunjung stand.

Selain itu, Ramadhan ini juga dijadikan sebagai sarana menyerukan Islam damai.

Salah satu caranya yakni masyarakat muslim menyelenggarakan salat tarawih di Times Square, New York.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ratusan umat Islam di Amerika berkumpul di jantung New York tersebut untuk menggelar tarawih sebagai penanda mulainya Ramadhan.

Taufiq memandang hal ini sebagai salah satu upaya mengenalkan Islam yang ramah.

Baca juga: 5 Cara Kelola Emosi dari Psikolog UGM

"Umat Islam mencoba untuk mengkampanyekan Islam yang damai. Karena itulah kemarin ada salat tarawih di Times Square. Berita ini pun menyebar luas di dunia karena ini pertama kalinya dalam sejarah," tukas Taufiq.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com