Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri Anak Hiperaktif Menurut Dokter RSND Undip, Orangtua Wajib Tahu

Kompas.com - 15/04/2022, 06:05 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Anak aktif dan hiperaktif adalah sesuatu hal yang berbeda. Anak hiperatif ditandai dengan anak yang tidak bisa diam dan selalu bergerak. Bahkan anak hiperaktif memiliki keinginan untuk bergerak terus menerus yang tidak bisa dikontrol.

Sebagai orangtua patut waspada bila melihat perilaku aktif anak justru membuat mereka kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari. Bahkan menyebabkan gangguan interaksi dengan teman sebayanya.

Melansir dari laman resmi Universitas Dipoengoro (Undip), Jumat (15/4/2022), Dokter Spesialis Anak Konsultan Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip dr. Tun Paksi Sareharto menjelaskan, hiperaktif bisa dikatakan anak tidak bisa tenang, tidak bisa diam atau selalu bergerak kesana kemari.

Apabila hiperaktifnya normal, anak masih bisa diam ketika dia diharuskan untuk diam.

Baca juga: Pakar UNS Ungkap Alasan Bahasa Indonesia Layak Jadi Bahasa Kedua ASEAN

Orangtua kenali ciri anak hiperaktif

Tun menekankan, orangtua harus tahu ciri hiperaktif yang merupakan suatu kelainan pada anak. Hiperaktif yang merupakan sebuah gangguan pada anak-anak memiliki ciri-ciri tertentu.

  • Anak berjalan kesana kemari.
  • Menabrak berkali-kali
  • Jahil yang berlebihan
  • Diminta diam namun tidak bisa
  • Bergerak mengulang-ulang seperti lari berputar-putar tanpa ada maksudnya
  • Terlalu responsif.

"Jika melihat anak tampak hiperaktif, orangtua mesti periksa ke dokter anak. Apakah ini hiperaktif normal atau tidak normal," papar Tun.

Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter akan melakukan asesmen dan menegakkan diagnosis jika memang ini autis akan dilakukan diterapi.

Baca juga: Beasiswa S1 di Vietnam, Kuliah Gratis dengan Syarat Mudah

Sebagian besar terapi autis, lanjut Tun, adalah terapi perilaku atau behavioral therapy. Pada anak autis biasanya terjadi keterlambatan bicara, sehingga terapi anak autis sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

"Jadi ketika ada keanehan pada anak, orangtua harus tanggap. Deteksi dini akan sangat membantu sekali dan perbaikannya akan cepat serta diharapkan dapat masuk di sekolah umum," urai Tun.

Orangtua wajib paham kelemahan dan kelebihan anak

dr. Tun Paksi menyampaikan, orangtua harus memahami kelemahan dan kelebihan anak. Sehingga nantinya dapat mengarahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi sebab pada akhirnya anak-anak akan lepas dari orangtua dan harus mandiri.

"Orangtua mesti tahu apa yang akan anak tuju kelak saat sudah dewasa atau ingin bekerja sebagai apa. Hal tersebut menentukan perguruan tinggi mana atau bidang ilmu mana yang mau dimasuki," paparnya.

Menurut Tun, apabila bertemu anak hiperaktif atau orangtua merasa anaknya hiperaktif, harus dievaluasi terlebih dahulu apakah hiperaktif wajar atau tidak.

Tun menganjurkan agar orangtua segera memeriksakan ke dokter anak agar bisa menentukan autis atau bukan, atau terdapat kelainan yang lain.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Ini Ciri Telur Infertil dan Bahayanya jika Dimakan

Dia mengungkapkan, anak-anak usia balita memang kadang sangat aktif karena perkembangan motorik halus dan kasarnya masih berkembang. Sehingga butuh banyak bergerak.

"Tetapi kalau ada perilaku yang aneh atau diulang-ulang, interaksi dengan orang tidak bisa. Misalnya tidak ada kontak mata, diajak berbicara tidak melihat lawan bicaranya, diajak berbicara tidak nyambung atau tidak menyahut, hal tersebut mesti diwaspadai," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com