Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa 17 Tahun Ini Berinovasi Blockchain demi Pertanian Indonesia

Kompas.com - 14/04/2022, 19:00 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Saat ini ada 7,9 miliar penduduk bumi dan jumlahnya terus bertambah. Bank Dunia memperkirakan bahwa jumlah ini akan terus bertumbuh mencapai 9,7 miliar pada tahun 2050 dan 11,2 miliar pada tahun 2100.

Dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, tidak dapat dipungkiri bahwa pertambahan kebutuhan pangan akan berakselarasi secara signifikan.

Baca juga: Apakah Shalat Tarawih Bisa di Metaverse? Ini Kata Guru Besar Unair

Oleh karena itu, industri pertanian perlu mempertimbangkan penggunaan teknologi cryptocurrency dan blockchain demi mengejar pemenuhan kebutuhan pangan dunia denga sistem produksi yang inovatif.

International Blockchain Olympiad, didirikan pada 2017, adalah kompetisi global tahunan yang mengundang siswa seluruh dunia untuk menggali usulan solusi nyata bagi masalah dunia dengan memanfaatkan teknologi blockchain.

Masalah produksi pertanian seperti di atas adalah salah satu contoh masalah dunia yang dapat terbantu dengan teknologi blockchain.

Collin Junus adalah siswa Indonesia pertama yang berhasil mencapai babak final dunia (satu dari dua belas finalis delegasi internasional) untuk mewakili Indonesia pada kompetisi International Blockchain Olympiad (IBCOL) tersebut yang terakhir kali diadakan pada Oktober 2021.

Dalam kompetisi yang diikuti lebih dari 1.000 siswa dari 60-an negara tersebut, pelajar Jakarta Intercultural School (JIS) berusia 17 tahun ini mengangkat penelitian tentang teknologi blockchain dalam membantu meningkatkan proses operasi dan profitabilitas pertanian di negara berkembang seperti Indonesia.

Baca juga: Kasus Pengeroyokan Ade Armando, Begini Kata Pakar UB

Bekerja sama dengan Dr. Richard Mengko dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dosen dan pakar bidang teknologi dan computer science, Collin melakukan penelitian tentang bagaimana Indonesia dapat menerapkan sistem blockchain untuk petani.

"Hal mana manajemen rantai pasok beras dikaitkan dengan integrasi Artificial Intelligence (AI) dan teknologi blockchain untuk efisiensi, produktivitas, dan profitabilitas," ucap dia dalam keterangannya, Kamis (14/4/2022).

Siswa Indonesia ini percaya bahwa teknologi blockchain dapat membantu sistem pertanian dengan 3 cara utama berikut:

1. Meningkatkan efisiensi dan pelacakan rantai pasokan

Dia menyebut, teknologi blockchain memungkinkan pelacakan dan penelusuran informasi dalam rantai pasok makanan, sehingga meningkatkan keandalan dan ketersediaan pangan.

Hal ini memungkinkan cara aman untuk menyimpan dan mengolah data, yang memfasilitasi pengembangan dan penggunaan inovasi berbasis data untuk pertanian pintar dan asuransi pertanian berbasis indeks pintar.

Baca juga: 172.971 Siswa Daftar Seleksi SPAN PTKIN 2022, Pengumuman pada 15 April

Manajemen inventaris pertanian yang lebih transparan juga terbantu dengan teknologi blockchain.

Penggunaan teknologi blockchain pada pertanian juga dapat meningkatkan produktivitas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com