Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadiri Dies Natalis Ke-46 UNS, Presiden Jokowi "Curhat" Banyak Hal

Kompas.com - 11/03/2022, 16:51 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Pada Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jumat (11/3/2022), Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir dan memberikan arahan kepada sivitas akademika UNS.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyatakan bahwa kini ada banyak tantangan yang sedang dihadapi. Seperti pandemi Covid-19, dampak perang Rusia Ukraina, pembenahan SDM, dan ekonomi hijau.

Namun, pada Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 UNS tersebut Presiden Jokowi "curhat" mengenai beratnya tantangan dan permasalahan yang dihadapi Pemerintah ketika pandemi Covid-19.

Baca juga: UNS Punya 6 Tempat Ibadah, Rektor: Ciptakan Harmonisasi Antar-agama

Tak hanya Indonesia, tetapi juga banyak kepala pemerintahan dari negara-negara maju dunia berkeluh kesah mengenai dampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan ekonomi dunia porak poranda.

"Dua hari yang lalu Kanselir Jerman Olaf Scholz telepon kepada saya berbicara banyak. Kira-kira yang saya sampaikan tadi," ujar Presiden Jokowi, dikutip dari laman UNS.

Tak hanya Kanselir Jerman, tetapi Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida juga menyampaikan hal yang sama kepada Jokowi terkait masalah ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Terlebih dengan adanya ketegangan antara Rusia Ukraina serta kenaikan harga komoditas dunia. Hal itu berdampak pada kenaikan harga gandum. Sebabnya, Ukraina dan Rusia memasok sekitar 20 persen kebutuhan gandum dunia.

Bahkan kini harga minyak dunia mengalami lonjakan drastis. Pada 2020 lalu, minyak masih berada di kisaran 60 Dollar AS per barrel. Namun, saat ini harga minyak menjadi tidak terkendali dan mengalami kenaikan dua kali lipat hingga menyentuh angka 115 Dollar AS.

Hentikan ekspor bahan mentah

Sementara itu, terkait dies natalis UNS, Jokowi menyatakab bahwa dunia sedang mengalami perubahan yang sangat cepat dan Indonesia jangan sampai menjadi “korban”.

Presiden menyebut bahwa Indonesia harus mampu mengoptimalkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satunya ia contohkan dengan menghentikan ekspor barang mentah, seperti nikel.

Baca juga: Dari Pemetaan Bakat, Banyak Mahasiswa IPB Minat Jadi Profesional

Adapun keputusan itu diambil agar negara mendapat keuntungan lebih besar. Usai ekspor nikel disetop negara mampu meraup 20 miliar Dollar AS atau sekitar Rp 280 triliun.

"Sejak VOC kita ini sudah mengekspor bahan mentah sampai sekarang masih ekspor bahan mentah. Kita tidak mendapatkan nilai tambah atau added value apa pun, tapi sejak 2020 saya sampaikan kepada para menteri satu per satu harus kita setop," tegas Jokowi.

UNS harus siapkan SDM unggul

Karena itu, Presiden Jokowi juga meminta perguruan tinggi, termasuk UNS, untuk lebih siap menghadapi perubahan zaman dan dunia. Salah satu yang ia minta adalah penyiapan SDM unggul sesuai kebutuhan industri.

Dikatakan Jokowi, waktu penyiapan SDM unggul tidak panjang. Maka, ia meminta UNS bersama perguruan tinggi lainnya untuk menyiapkan hal ini dalam dua tahun saja sebelum Indonesia menghadapi bonus demografi pada 2030 mendatang.

Terkait Progam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang telah dicanangkan, Presiden berharap dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain, termasuk menyiapkan talenta digital.

Baca juga: Penelitian Mahasiswa S3 UGM: Sirih Merah Percepat Penyembuhan Luka

Dengan mahasiswa berjumlah 40.000, Presiden Jokowi menyebut UNS sebagai kapal induk yang harus berhati-hati. Sebab, perubahan bisa dilakukan secara lambat dan memerlukan keberanian besar untuk melakukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com