Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Naik, Dosen IPB Beri 7 Solusi

Kompas.com - 27/02/2022, 14:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Menurutnya, ini sebenarnya tergantung kebiasaan. Masyarakat harus mendapat edukasi bahwa tempe dan tahu dari non-kedelai itu juga memiliki rasa dan kandungan gizi atau protein yang lebih bagus.

2. Mendorong pengrajin tempe tahu melalui bantuan usaha

Perlu juga memberikan insentif kepada pengrajin tahu tempe yang memanfaatkan biji non kedelai.

Misalnya, bantuan modal untuk pengembangan usaha, bantuan mekanisasi atau mesin untuk pengolahan agar lebih higenis dan disenangi konsumen.

3. Perlunya operasi pasar untuk menekan harga

Sementara ini, sebagai solusi jangka pendeknya, Feryanto menyarankan pemerintah harus mampu mengeluarkan cadangan yang dimiliki dan melakukan operasi pasar.

“Permasalahannya bukan tidak ada pasokan tetapi kenaikan harga. Operasi pasar sebagai intervensi pemerintah untuk menegur importir agar bisa bekerja sama menyediakan kedelai dengan harga yang terjangkau," jelasnya.

4. Subsidi harga impor kedelai untuk sementara waktu

Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif atau subsidi harga impor kedelai untuk sementara waktu sampai harga kembali normal. "Namun solusi ini perlu mempertimbangkan dengan kondisi fiskal pemerintah,” ujarnya.

5. Evaluasi roadmap swasembada

Untuk solusi jangka panjangnya, lanjutnya, konsistensi pemerintah dalam mewujudkan swasembada harus ada dan jangan setengah-setengah. Roadmap swasembada pangan Indonesia, termasuk kedelai, sudah ada tinggal dievaluasi dan diperbaiki.

“Selama ini kita fokus dan melihat roadmap tersebut jika ada masalah. Ketika masalah selesai dengan sendirinya (anti klimaks) maka pemerintah seolah lupa. Jika kedelai dibiarkan mengikuti mekanisme pasar, itu bisa terjadi. Namun untuk kedelai kan tidak demikian, masih diatur pemerintah karena bagian dari bahan pangan pokok yang harus diawasi,” imbuhnya.

6. Optimalisasi lahan yang tak digunakan

Terkait peningkatan produksi kedelai, ia menyampaikan bahwa produksi kedelai lokal harus didorong dengan mengoptimalkan lahan-lahan yang tidak digunakan atau lahan marjinal yang jumlahnya sangat banyak.

Baca juga: Kapan Waktunya Mengganti Makanan Kucing? Ini Kata Dosen IPB

Hal ini juga perlu didukung dengan penggunaan bibit unggul dan mekanisasi pertanian agar produktivitas dapat ditingkatkan. Jaminan ketersediaan pupuk dan obat-obatan juga menjadi faktor penting agar target produktivitas bisa dicapai.

“Penggunaan lahan perlu dipetakan. Hal ini sangat bisa dilakukan dengan teknologi pencitraan (satelit) sehingga terpetakan daerah-daerah yang dapat ditanami kedelai,” jelasnya.

7. Hindari jalur distribusi tempe tahu yang panjang

Selain itu, menurutnya, harus ada penguatan ke pasar dan rantai distribusi agar kedelai bisa langsung dimanfaatkan oleh pengrajin tahu tempe dan tidak melewati jalur distribusi yang panjang.

“Ini menjadi bentuk insentif harga yang diperoleh petani. Saat ini ketika kedelai impor harganya tinggi, lebih tinggi dari kedelai lokal, tentu jadi momentum untuk memperbaiki manajemen pangan nasional,” tandasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com