Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Anak Muda Terpikat Trading, Pengamat UGM Ingatkan 3 Hal Ini

Kompas.com - 11/02/2022, 07:41 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tingginya minat generasi muda atau kaum milenial di pasar modal patut diapresiasi.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat berdasarkan demografi investor individu dengan usia di bawah 30 tahun sudah mencapai kurang lebih 57 persen.

Pengamat perbankan, keuangan dan investasi Universitas Gadjah Mada (UGM) , Eddy Junarsin, juga menilai banyaknya kalangan anak muda tertarik di dunia investasi atau trading sangat baik.

Karena dengan berinvestasi atau menyalurkan dana melalui sekuritas sebenarnya sebagai upaya membantu pihak-pihak yang memerlukan dana.

“Upaya memajukan perekonomian ya seperti itu, termasuk di Indonesia. Untuk perekonomian cepat maju maka butuh dunia usaha dan dunia usaha ini butuh dana, dana buat modal, dana buat ekspansi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Uangnya dari mana? Ya di antaranya dari penerbitan sekuritas," ujarnya dilansir dari laman UGM.

Baca juga: Pakar Obat UGM: 3 Tips Mengolah Tanaman Herbal untuk Dikonsumsi

Para anak muda saat ini, dinilai sudah mahir berinvestasi sangat luas. Mereka tidak lagi sekedar menaruh uang di deposito tetapi sebagian besar bermain investasi melalui pasar saham, obligasi, warren buffet, pasar derivatif dan lain-lain.

“Ini saya kira bermanfaat untuk Indonesia karena dunia usaha akan cepat maju. Ada yang butuh dana dan semakin banyak pihak investor yang bersedia menanamkan investasi atau membeli sekuritas," ucapnya.

Anak muda suka berinvestasi, buka peluang kerja

Selain sebagai sarana meningkatkan pendapatan alternatif di luar pekerjaan rutin, para anak muda yang berinvestasi ini juga sebenarnya membuka lapangan kerja.

Dunia investasi bisa menunjang hal tersebut karena dengan perkembangan teknologi tentunya akan banyak sekali pekerjaan terhapus.

“Di zaman kita dulu beberapa bulan sebelum lulus mungkin saja sudah ada tawaran kerja entah di BUMN, di perusahaan-perusahaan swasta semacam Unilever, di perusahaan konsultan, di kementerian atau apapun. Tapi dengan teknologi saat ini banyak pekerjaan terpangkas, ada risiko pengangguran," tambahnya.

Baca juga: Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan, Ini Tips Jalani Hobi bagi Mahasiswa

Dengan adanya tren teknologi maka sangat mungkin banyak anak muda bermain investasi. "Ini bisa mengurangi pengangguran bahkan menambah lapangan kerja karena membuka cakrawala baru sehingga keduanya saling diuntungkan baik investor maupun dunia usaha karena bisa mendapatkan dana dengan lebih mudah," terangnya.

Salah langkah, bukan untung malah buntung

Hanya saja, kata Eddy, pemikiran anak muda yang ingin cepat kaya melalui investasi saham, obligasi dan semacamnya menjadi persoalan yang harus mendapat perhatian.

Tanpa mendapat perhatian secara khusus bisa-bisa kaum milenial mengambil keputusan berinvestasi yang tergesa-gesa.

Masalahnya, dalam 1 hingga 2 tahun terakhir marak komplain soal investasi bodong. Investasi yang tidak berizin dan tidak sedikit yang tidak mendapat endorce dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau jika itu berkaitan dengan payment tidak mendapat lampu dari Bank Indonesia (BI).

“Ya karena sifat dasar manusia tidak sabaran pengin cepat kaya. Terutama anak muda yang sering disebut darah muda, pengin cepat lantas gegabah dalam berinvestasi," ujarnya.

Baca juga: 5 Beasiswa S2-S3 Tanpa Batas Usia, Kuliah Gratis dan Biaya Hidup

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com