Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDAI: Kami Bukan Anti-PTM, PTM 100 Persen Tunggu Situasi Aman

Kompas.com - 14/01/2022, 14:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta berbagai pihak untuk menahan diri melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen di tengah kasus Omircon yang kian meningkat.

Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso menegaskan bahwa IDAI bukan anti-PTM, namun pihaknya memandang bahwa kesehatan anak adalah hal yang terpenting saat ini.

"Kami bukan anti-PTM, IDAI itu bukan anti-PTM, saya sangat mendukung PTM tetapi pada masa yang tepat, pada kondisi yang tepat," ujar dia dalam diskusi daring.

Piprim menyarankan agar semua pihak tidak mudah percaya pada anggapan bahwa Omicron adalah varian yang ringan dengan tingkat atau persentase kematian kecil.

"Bagi IDAI anak-anak bukan persentase. Satu persen saja adalah manusia dan itu jumlahnya banyak bila dikalikan dengan jumlah anak Indonesia. Karena setiap anak segalanya bagi orangtuanya. Kita ingin bermain aman, masa untuk anak coba-coba. Buat kita kesehatan anak menjadi prioritas," ujarnya.

Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi

Piprim memahami bahwa keputusan sebagian orangtua untuk mengirimkan anak ke sekolah dilakukan atas pertimbangan sejumlah hal. Mulai dari suasana rumah yang tidak kondusif hingga sulitnya anak untuk fokus belajar.

Meski begitu, ia menyarankan bagi orangtua yang memiliki kemampuan untuk mendampingi anak belajar, manfaatkan model-model pembelajaran yang bisa diterapkan di rumah.

"Di era society 5.0 di mana internet menjadi tak terpisahkan, orangtua harus memanfaatkan betul bagaimana menarik manfaat sebesar mungkin. Kami bukan anti-PTM, sangat mendukung PTM di masa yang tepat," tegasnya lagi.

Varian Omicron menyebabkan banyak anak dirawat

Sementara itu, Satuan Tugas (Satgas) IDAI, Yogi Prawira mengatakan bahwa saat membicarakan anak, maka tidak bisa diukur dengan angka-angka.

Meski tingkat kematian (mortality rate) di bawah 1 persen, tegas dia, namun jika yang kena adalah anak sendiri atau kerabat, maka itu menjadi 100 persen.

Baca juga: Orangtua, 5 Permainan Ini Dapat Mengasah Kemampuan Otak Anak

“Tolong jangan hanya bicara statistik dan persentase, bayangkan jika ini adalah anak kita, saudara kita," jelasnya.

Terkait tingkat keparahan Omicron yang dianggap “ringan”, Yogi mengimbau semua pihak untuk belajar dari negara lain dan tidak asal percaya bahwa varian ini "ringan".

"Di Amerika, UK, Afrika, di India, itu kan kasusnya meningkat dengan cepat dan ternyata persentase anak-anak yang kena dan dirawat di RS lebih tinggi, dibandingkan varian-varian sebelumnya. Kita harus lebih hati-hati, jangan percaya saja bahwa Omicron ringan. Belum cukup bukti untuk menyatakan ini ringan. Faktanya, persentase anak-anak yang dirawat karena varian ini (Omicron) lebih besar proporsinya ketimbang sebelumnya," papar Yogi.

Yogi mengingatkan kembali bahwa sekolah adalah tepat untuk anak-anak yang sudah bisa patuh dan disiplin terhadap protokol kesehatan, bukan tempat anak-anak yang baru mulai belajar prokes.

"Bagi orangtua yang memutuskan untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah, jangan lupa dibekali dengan ilmunya dulu, dan dilatihkan sebelum akhirnya mereka berangkat sekolah tatap muka," saran Yogi.

Baca juga: Indofood CBP Buka Lowongan Kerja Lulusan SMA/SMK, D3 dan S1

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com